-->

Proses Keputusan Inovasi dan Difusi Inovasi

Advertisemen

Tahukah Kawan Bagaimana Proses Keputusan Inovasi dan Difusi Inovasi?

Pada kesempatan ini dalam Sistem Pengetahuan Sosial akan dibahas mengenai proses keputusan inovasi dan difusi inovasi. Seperti yang kita ketahui bahwa inovasi adalah sesuatu yang baru dihadapkan kepada sistem sosial, baik itu inovasi teknologi atau inovasi infarmasi teknologi. Baiklah kawan-kawan selamat menyimak artikel proses keputusan inovasi dan difusi inovasi dalam sistem sosial berikut ini...>>>
Tersebarnya inovasi ke dalam suatu sistem sosial dapat melalui keempat macam keputusan inovasi yang disebutkan sebelumnya. Di sini akan dibahas secara lebih terperinci tipe-tipe keputusan inovasi yakni keputusan inovasi opsional, keputusan inovasi kolektif, dan keputusan inovasi otoritas.

1. Proses Keputusan Inovasi Opsional

Sarjana-sarjana difusi Inovasii telah lama mengetahui bahwa keputusan seseorang untuk menerima atau menolak inovasi bukanlah tindakan yang sekali jadi, melainkan lebih menyerupai suatu proses yang terdiri dari serangkaian tindakan dalam jangka waktu tertentu. Keputusan difusi inovasi terdiri atas 4 tahap, yaitu :
a. Tahap Pengenalan
Tahap pengenalan bermula ketika seseorang mengetahui adanya inovasi dan memperoleh beberapa pengertian mengenai bagaimana inovasi itu berfungsi. Banyak peneliti yang menyatakan bahwa kesadaran pengetahuan itu sebagai peristiwa yang tak disengaja oleh seseorang. Tetapi Hessinger mengkritik asumsi bahwa kesadaran itu tak disengaja; dia mengemukakan bahwa pencarian pengetahuan itu pasti atas prakarsa seseorang, bukan kegiatan yang pasif. Predisposisi seseorang mempengaruhi tingkah lakunya terhadap pesan-pesan komunikasi. Umumnya seseorang membuka diri terhadap ide-ide yang sesuai dengan minat, kebutuhan dan sikap yang apa adanya. Sadar atau tidak biasanya kita menghindari pesan-pesan yang bertentangan dengan predisposisi pribadi. Kecenderungan seperti ini disebut selective exposure. Hessinger menyatakan bahwa jarang sekali seseorang membuka diri terhadap pesan-pesan inovasi jika mereka belum membutuhkan inovasi itu (selective perpection).
Selective exposure dan selective perpection bertindak sebagai kunci jendela hati kita terhadap pesan-pesan inovasi, karena ide-ide itu masih baru. Seseorang biasanya tidak dapat mempunyai sikap atau kepercayaan yang konsisten dan berkenaan terhadap inovasi yang belum pernah kita kenal sebelumnya. Hal ini menunjang pendapat Hassinger bahwa kebutuhan terhadap difusi inovasi itu lebih dahulu ada, baru kemudian orang mencari pengetahuan. Ada tiga tipe pengetahuan dalam pengenalan difusi inovasi, yaitu kesadaran atau pengetahuan mengenai adanya difusi inovasi, pengetahuan “teknis” dan pengethuan “prinsip”. Peran agen pembaru dalam dalam menyampaikan ketiga tipe pengetahuan tersebut yaitu memusatkan usahanya untuk menciptakan pengetahuan-kesadaran (pengetahuan tentang adanya difusi inovasi) walaupun tujuan ini sebetulnya lebih efisien dicapai dengan menggunakan media massa.
Agen pembaru semestinya dapat diharapkan memainkan peranan yang lebih penting dalam proses keputusan difusi inovasi ini jika mereka memusatkan perhatiannya dalam penyampaian pengetahuan teknis, bagi klien mungkin pengetahuan ini paling penting agar setidaknya ia dapat mencoba inovasi.
b. Tahap Persuasi
Pada tahap persuasi, seseorang membentuk sikap berkenaan atau tidak terhadap inovasi. Jika aktivitas mentap pada tahap pengenalan terutama adalah berlangsungnya fungsi kognitig, aktivitas mental pada tahap persuasi yaitu utama afektif (perasaan).
Sebelumnya seseorang mengenal suatu ide baru, ia tidak dapat membentuk sikap tertentu terhadapnya. Pada tahap persuasi seseorang lebih terlibat secara psikologis dengan inovasi. Sekarang dengan  giat ia mencari keterangan mengenai ide baru itu. Kepribadiannya begitu pula norma-norma sistem sosialnya mempengaruhi dimana ia harus mencari informasi, pesan apa saja yang tidak ia terima, dan bagaimana ia menafsir keterangan yang ia peroleh tersebut.
Dengan demikian selective perpection penting dalam menentuka perilaku komunikasi pada tahap penentuan sikap. Pada tahap persuasi inilah persepsi umum terhadap inovasi dibentuk. Ciri-ciri difusi inovasi yang tampak misalnya keuntungan relative, kompatibilitas dan kerumitan atau kesederhanaannya sangat penting artinya pada tahap ini.
Dalam tahap ini ada dua tingkatan sikap yaitu sikap khusus dan sikap umum. Sikap khsusus terhadap difusi inovasi adalah berkenaan atau tidaknya seseorang, percaya atau tidaknya seseorang terhadap kegunaan suatu inovasi bagi dirinya sendiri. Sementara itu, salah satu strategi difusi yang dapat dilakukan oleh agen pembaru adalah mengembangkan sikap umum yang positif terhadap perubahan, pada sebagian kliennya. Orang atau sistem berorientasi pada perubahan akan selalu memperbaruhi diri, terbuka pada hal-hal baru giat mencari informasi. Sikap terhadap inovasi pada umumnya (tapi tidak selalu) merupakan prediksi bagi keputusan untuk menerima atau menolak.
c. Tahap Keputusan
Pada tahap keputusan seseorang terpilih dalam kegiatan yang mengarah pada pemilihan untuk menerima atau menolak inovasi. Sebetulnya seluruh proses keputusan difusi inovasi merupakan serangkaian pemilihan pada setiap tahapnya. Misalnya pada tahap pengenalan, seseorang harus memilih pesan inovasi mana yang akan diambil dan mana yang tidak. Pada tahap persuasi dia harus menentukan untuk mencari pesan-pesan tertentu. Tetapi pemilihan pada tahap keputusan berbeda dengan semua itu, karena ia harus memilih satu diantara dua alternative saja : menerima atau menolak ide baru.
Keputusan ini meliputi keputusan pertimbangan lebih lanjut apakah ia akan mencoba inovasi atau tidak. Sebagian besar orang tidak menerima suatu inovasi tanpa mencobanya terlebih dahulu sebagai dasar untuk melihat kemungkinan kegunaan inovasi itu bagi situasi dirinya sendiri. Percobaan dalam skala kecil ini sering kali menjadi bagian dari keputusan untuk menerima, dan ini penting sebagai jalan untuk mengurangi resiko difusi inovasi.
Dalam beberapa kasus, difusi inovasi itu tidak dapat dicoba, biasanya seseorang hanya dapat melihat contoh melalui teman-teman yang sudah lebih dulu menggunakan sebagai “percobaan” pengganti. Inovasi yang dapat dicoba penggunaannya dalam skala kecil biasanya lebih cepat diterima. Seringkali orang yang mencoba inovasi berlanjut dengan keputusan untuk mengadopsi, jika inovasi itu setidak-tidaknya mempunyai keuntungan relative tertentu.
d. Tahap Konfirmasi
Tahap konfirmasi berlangsung setelah ada keputusan untuk menerima atau menolak selama jangka waktu yang tak terbatas. Pada tahap ini seseorang berusaha untuk menghindari kenyataan yang menyimpang, yang bertentangan dengan keputusannya, jika hal itu terjadi, ia berusaha memperkecil ketaksesuaian itu.
(i) Dissonansi Tindakan
Sebagian perubahan tingkah laku manusia terjadi karena adanya ketakselarasan atau ketakseimbangan internal, suatu kenyataan psikologis yang tak menyenangkan sehingga seseorang berusaha mengurangi atau menghilangkannya. Jika seseorang merasakan adanya ketakselarasan ini, biasanya ia terdorong untuk mengurangi keadaan ini dengan jalan mengubah pengetahuan, sikap atau tindakan-tindakannya.
(ii) Diskontinuansi
Diskontinuansi adalah keputusan seseorang untuk menghentikan penggunaan inovasi setelah sebelumnya mengadopsi. Ada dua macam diskontinuansi; diskontinuansi karena mengganti inovasi, dan diskontinuansi karena kecewa. Macam yang pertama adalah keputusan untuk menghentikan penggunaan suatu inovasi karena ia menerima ide baru yang lebih baik .
Dalam perubahan sosial budaya yang cepat pasti terjadi gelombang difusi inovasi yang ajeg. Selalu ada ide baru muncul menggantikan praktek yang ada. Diskontinuansi macam yang kedua adalah keputusan untuk mogok sebagai akibat dari ketidakpuasan terhadap hasil inovasi. Ketidakpuasan itu mungkin timbul karena inovasi tersebut tidak cocok baginya atau relative tidak memberikan keuntungan.

Proses Keputusan Inovasi dan Difusi Inovasi

2. Proses Keputusan difusi Inovasi Kolektif

Suatu saat menyebarnya inovasi ke dalam sistem sosial itu melalui proses keputusan yang melibatkan seluruh anggota sistem (difusi inovasi), dilakukan secara consensus. Hal yang demikian seringkali terjadi pada inovasi-inovasi yang digunakan secara kolektif oleh seluruh anggota sistem, misalnya pemberian fluoride untuk air minum.
Keputusan difusi inovasi kolektif lebih rumit daripada keputusan opsional. Salah satu alasannya karena proses keputusan kolektif itu terdiri dari keputusan sejumlah besar individu. Untuk itu perlu memperkenalkan ide baru ke dalam sistem sosial, mengadakan penyesuaian usul baru dengan kondisi setempat, mengukuhkan ide baru tersebut, mencari dukungan bagi inovasi itu dan sebagainya. Dalam kasus keputusan opsional semua tindakan ini, sejak pengenalan hingga pengambilan keputusan, terjadi dalam jiwa seseorang dan berakhir dengan pengadopsian inovasi oleh orang tersebut.
a. Stimulasi
Stimulasi merupakan subproses dalam pembuatan keputusan kolektif dimana ada orang yang sadar bahwa sistem sosial itu membutuhkan inovasi tertentu. Stimulator biasanya orang dari luar sistem atau anggota sistem yang berorientasi ke luar karena hubungannya dengan anggota  atau orang-orang di luar sistem.
b. Inisiasi
Inisiasi adalah subproses dalam pembentukan keputusan kolektif di mana ide baru mulai diperhatikan oleh anggota sistem sosial dan disesuaikan dengan kebutuhan-kebutuhan sistem. Jika stimulator melihat atau menunjukkan adanya kebutuhan atau masalah dalam sistem dan menyarankan ide baru (inovasi) yang mungkin dapat membantu memecahkan masalah, maka inisiator membuat rancangan penggunaan inovasi itu di dalam sistem sosial, dengan mengadakan penyesuaian dengan kondisi yang ada.
c. Legitimasi
Legitimasi adalah subproses dalam pembentukan keputusan difusi inovasi kolektif di mana inovasi kolektif disetujui oleh prang-orang yang secara informal mewakili sistem sosial dalam norma-norma dan nilai-nilainya dan dalam kekuasaan sosial yang mereka miliki. Peranan legitimator terutama terutama menyaring ide yang akan dikukuhkan, tetapi ia juga sering mengganti atau mengubah usul-usul yang disampaikan inisiator kepadanya.
Legitimator merupakan pemegang kunci. Kecepatan adopsi suatu inovasi kolektif berhubungan positif dengan tingkat keterlibatan legitimator sistem sosial itu dalam proses pengambilan keputusan. Artinya semakin legitimator itu dilibatkan dalam proses pengambilan keputusan, semakin cepat inovasi kolektif itu tersebar ke dalam sistem sosial (difusi inovasi).
d. Keputusan
Pada tahap ini anggota sistem sosial mulai terlibat; warga masyarakat mengambil keputusan untuk bertindak, menerima atau menolak inovasi itu. Partisipasi adalah tingkat keterlibatan anggota sistem sosial dalam proses pengambilan keputusan. Tingkat partisipasi anggota sistem sosial dalam pembuatan keputusan berhubungan positif dengan kepuasaan mereka terhadap keputusan difusi inovasi kolektif. Ini berarti bahwa semakin tinggi partisipasi anggota dalam proses pengambilan keputusan, semakin besar pula tingkat kepuasan mereka terhadap keputusan.
e. Tindakan
Kita tidak boleh lupa bahwa rata-rata anggota sistem sosial memiliki peranan penting dalam keputusan kolektif. Setelah para legitimator menentukan inovasi, lalu diserahkan kepada anggota untuk menerima atau menolak keputusan itu. Namun, keputusan tersebut tidak sama dengan keputusan opsional sebab hubungan anggota dengan sistem sosial dan para legitimatornya serta tingkat partisipasi mereka dalam proses pengambilan keputusan akan terbukti dalam reaksi mereka terhadap ide-ide kolektif itu.

3. Keputusan difusi Inovasi Otoritas dan Perubahan Organisasional

Keputusan difusi Inovasi otoritas adalah tekanan terhadap seseorang oleh orang lain yang berada dalam posisi atasan. Seseorang diperintah oleh seorang lebih tinggi kekuasaannya untuk menerima atau menolak inovasi. Di sini seseorang tidak bebas lagi menentukan pilihannya dalam proses keputusan inovasi. Jadi struktur kekuasaan sistem sosial berpengaruh terhadap seseorang agar ia mengikuti keputusan yang telah diambil oleh atasan, keputusan otoritas memiliki 5 tahap yaitu :
i. Pengenalan.
Pengenalan adalah tahap paling penting dalam proses keputusan otoritas. Pada tahap ini unit pengambil keputusan mengetahui adanya inovasi. Pengenalan terhadap suatu inovasi itu mungkin dikomunikasikan oleh bawahan kepada atasan; bawahan kemudian menunggu persetujuan resmi dari unit pengambil keputusan. Inilah yang disebut arus difusi inovasi ke atas. Penyaringan informasi ke atas ini terjadi pada organisasi terutama yang otokratis. Namun demikian keakuratan data juga dipengaruhi oleh hubungan interpersonal antara atasan dengan bawahan, terutama kepercayaan di antara mereka.
ii. Persuasi
Tidak peduli siapa yang menjadi sumber pengenalan inovasi, unit pengambil keputusan akan meneliti inovasi itu berdasarkan kebutuhan organisasi. Tahap ini ditandai dengan pencarian informasi lebih banyak lagi termasuk penilaian terhadap biaya, kelayakan, kemungkinan pelaksanaannya, dan sebagainya. Pada hakikatnya di tahap persuasi organisasi sedang mengadakan suatu percobaan.
iii. Keputusan
Setelah unit pengambil keputusan mencari tahu lebih jauh mengenai inovasi itu dan telah menilainya berdasarkan kemanfaatan yang tampak, kelayakannya dan konsekuensi-konsekuensi yang diharapkan, pada tahap keputusan, unit ini menetapkan untuk menerima atau menolak inovasi itu.
Penerimaan seseorang terhadap keputusan otoritas berhubungan positif dengan partisipasinya dalam pembuatan keputusan; ini berarti bahwa besarnya partisipasi unit adopsi membawa kecenderungan penerimaan mereka terhadap keputusan. Di pihak lain, keikutsertaan unit adopsi ini dalam pembuatan keputusan juga membawa kepuasaan terhadap keputusan tersebut.
iv. Komunikasi
Jika unit keputusan telah memilih alternative inovasi yang diterima, informasi ini harus dioperkan melalui arus turun dari atasan ke bawahan mengikuti pola kekuasaan dalam posisi hirarkhi unit adopsi. Dalam proses keputusan oprasional tahap komunikasi ini tidak diperlukan karena pengambil keputusan adalah juga pelaksananya. Sedangkan dalam keputusan otoritas, tahap komunikasi merupakan suatu tahap yang menentukan karena pengadopsian atau penolakan suatu inovasi tidak dapat dilaksanakan sebelum ada perintah kepada unit adopsi untuk melaksanakannya.
v. Tindakan
Tindakan dalam hal ini adalah tahap di mana penggunaan inovasi itu oleh unit adopsi mulai dilaksanakan. Bisa juga dikatakan ini merupakan tahap akhir dalam keputusan difusi inovasi otoritas. Pada tahap ini biasanya tampak jelas konsekuensi yang berupa tingkah laku, apakah itu menyenangkan ataukah mengecewakan.
Dissonansi dalam organisasi formal ialah tidak cocoknya sikap anggota terhadap inovasi dengan perilaku nyata (menerima atau menolak inovasi) yang dituntut oleh unit pembuat keputusan. Jika sikap terhadap inovasi selaras dengan tuntutan atas maka yang demikian disebut konsonan. Ada 4 tipe dissonansi konsonansi tindakan dalam organisasi formal yaitu :
Tipe I : seseorang tidak menyukai inovasi dan tindakan yang dituntut organisasi agar ia menolaknya, maka ia berada dalam kondisi penolak yang konstan.
Tipe II : seseorang tidak menyukai inovasi dan tindakan yang dituntut organisasi ialah agar ia menerimanya, maka ia berada dalam kondisi “penerima yang dissonan”.
Tipe III : seseorang menyukai inovasi sedangkan tindakan yang dituntut organisasi ialah agar ia menolaknya, maka ia berada dalam kondisi “penolak dissonan”.
Tipe IV : seseorang menyukai inovasi dan tindakan yang dituntut oleh organisasi adalah agar ia menerimanya, maka ia berada dalam kondisi “penerima yang konsonan”.
Menurut teori keseimbangan, kondisi pada tipe I dan IV  tidak menimbulkan masalah bagi seseorang. Akan tetapi jika seseorang berada pada kondisi tipe II dan III, seiring dengan berjalannya waktu, ada kecenderungan seseorang untuk mengubah sikap mereka (suka atau tidak suka) yang tidak cocok dengan tindakan yang dituntut oleh organisasi, atau melanjutkan pengadopsian maupun penolakan inovasi tetapi menyelewengkan inovasi tersebut sedemikian rupa sehigga cocok dengan sikap mereka.
Teori keseimbangan menyatakan bahwa seseorang akan berusaha menghilangkan ketidak-selarasan dalam sistem kognitifnya dengan mengambil alternative yang paling mudah ia capai. Dalam organisasi formal alternative yang paling mudah yaitu mengubah sikap sedikit demi sedikit dan menyesuaikan tingkah lakunya.
Sekian artikel tentang proses keputusan inovasi dan difusi inovasi, semoga dapat berguna dan bermanfaat untuk para pembaca. Salam Semangat dan tetap ikuti kami http://www.sistempengetahuansosial.com/.

Advertisemen

Disclaimer: Gambar, artikel ataupun video yang ada di web ini terkadang berasal dari berbagai sumber media lain. Hak Cipta sepenuhnya dipegang oleh sumber tersebut. Jika ada masalah terkait hal ini, Anda dapat menghubungi kami disini.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

© Copyright 2017 Gudang Pengetahuan dan Wawasan