Advertisemen
Tahukah Kawan Kisah Nabi Muhammad Saw, Sejarah Nabi dan Rasul Terakhir Allah?
Assalamu Alaikum Warahmatullahi Wabarakatu., Kali ini Sistem Pengetahuan Sosial membagikan artikel tentang kisah Nabi Muhammad Saw, Sejarah Nabi Muhammad Saw. yang telah kami rangkum dari beberapa referensi. Artikel ini memuat pembahasan-pembahasan tentang Kelahiran Nabi Muhammad Saw., Kisah Nabi Muhammad Saw dari lahir hingga menjadi Nabi dan Rasul terakhir utusan Allah SWT. Berikut adalah sub-sub bagian pembahasan dalam artikel ini ;
Kelahiran Nabi Muhammad Saw.
Kehidupan Nabi Muhammad Saw. di Desa
Nabi Muhammad Saw. menjadi Yatim Piatu
Kisah Pegawai Khadijah Mengenai Nabi Muhammad Saw.
Nabi Muhammad Saw. Menikahi Khadijah
Kisah Nabi Muhammad Saw. dalam Pemugaran Ka’bah
Nabi Muhammad Saw. Menjadi Nabi dan Rasul TerakhirNabi Muhammad Saw. Mendapat Perintah Berdakwah
Kaum Muslim Hijrah ke Habasyah atas Perintah Nabi Muhammad Saw.
Isra Mi’raj Nabi Muhammad Saw.
Baiklah kawan-kawan selamat menyimak Kisah Nabi Muhammad Saw. Nabi dan Rasul terakhir berikut ini. Semangat belajar...>>>
Nabi Muhammad Saw. adalah nabi dan rasul terakhir yang diutus Allah. Beliau diutus untuk membimbing seluruh umat manusia ke jalan yang benar. Kedatangan Nabi Muhammad Saw. sudah diberitahukan oleh nabi-nabi sebelumnya. Misalnya, oleh Nabi Musa a.s. dan Nabi Isa a.s..
Dalam kitab Taurat, Nabi Musa a.s. berkata kepada para pengikutnya;
Nabi Muhammad Saw. adalah nabi dan rasul terakhir yang diutus Allah. Beliau diutus untuk membimbing seluruh umat manusia ke jalan yang benar. Kedatangan Nabi Muhammad Saw. sudah diberitahukan oleh nabi-nabi sebelumnya. Misalnya, oleh Nabi Musa a.s. dan Nabi Isa a.s..
Dalam kitab Taurat, Nabi Musa a.s. berkata kepada para pengikutnya;
"Tuhan kalian akan mengutus seorang nabi seperti aku dari kalangan paman-paman kalian, anak-anak Ibrahim.” (Yang dimaksud Nabi Musa tidak lain adalah Nabi Muhammad Saw.)
Sedangkan Nabi Isa a.s. berkata kepada para pengikutnya;
”Hai Bani Israil, sesungguhnya aku adalah utusan Allah kepadamu, membenarkan kitab yang turun sebelumku, yaitu kitab Taurat. Dan aku memberi kabar gembira dengan datangnya seorang rasul yang akan datang sesudahku bernama Ahmad (Nabi Muhammad Saw.).”
Pada pertengahan abad ke 6 Masehi, masyarakat Makkah menyaksikan pernikahan antara Aminah binti Wahab dengan Abdullah bin Abdul Muthalib. Kedua mempelai adalah keturunan kabilah (suku bangsa) yang terkenal di kota Makkah saat itu, yaitu kabilah Quraisy.
Pada suatu hari, Abdullah meminta izin kepada istrinya. la akan berangkat berdagang ke negeri Syam. Aminah tentu saja merasa sedih. Namun, ia tidak mau menahan kepergian suaminya yang akan berangkat mencari nafkah.
Setelah sebulan ditinggalkan suaminya, Aminah merasakan tanda-tanda kehamilan. Pada suatu malam, Aminah bermimpi, la mendengar seseorang berkata kepadanya;,
Pada suatu hari, Abdullah meminta izin kepada istrinya. la akan berangkat berdagang ke negeri Syam. Aminah tentu saja merasa sedih. Namun, ia tidak mau menahan kepergian suaminya yang akan berangkat mencari nafkah.
Setelah sebulan ditinggalkan suaminya, Aminah merasakan tanda-tanda kehamilan. Pada suatu malam, Aminah bermimpi, la mendengar seseorang berkata kepadanya;,
“Hai Aminah, engkau sedang mengandung orang termulia di kalangan umat manusia dan ia seorang nabi.”
Saat usia kehamilannya menginjak dua bulan, Aminah mendengar berita duka. Abdullah, suaminya telah wafat dalam perjalanan menuju Makkah. la sudah dimakamkan di suatu tempat tidak jauh dari kota Yatsrib (Madinah).
Karena kesedihan yang dideritanya, Aminah tidak mau makan sehingga akhirnya jatuh sakit. Kedua orangtuanya, Wahab dan Barrah, sangat cemas melihat keadaan putrinya itu. Mereka mengingatkan Aminah akan keselamatan bayi yang dikandungnya jika ia terus-menerus sakit.
Nasihat kedua orang tuanya mengingatkan Aminah akan mimpinya. Bukankah ia sedang mengandung seorang bayi mulia, seorang nabi utusan Allah? Aminah mulai makan teratur sehingga kesehatannya pulih kembali.
Karena kesedihan yang dideritanya, Aminah tidak mau makan sehingga akhirnya jatuh sakit. Kedua orangtuanya, Wahab dan Barrah, sangat cemas melihat keadaan putrinya itu. Mereka mengingatkan Aminah akan keselamatan bayi yang dikandungnya jika ia terus-menerus sakit.
Nasihat kedua orang tuanya mengingatkan Aminah akan mimpinya. Bukankah ia sedang mengandung seorang bayi mulia, seorang nabi utusan Allah? Aminah mulai makan teratur sehingga kesehatannya pulih kembali.
Kelahiran Nabi Muhammad Saw.
Pada hari Senin (dinihari) tanggai 12 Rabi’ul Awwal, bertepatan dengan tanggal 20 April tahun 571 Masehi. Aminah binti Wahab melahirkan seorang bayi laki-laki yang sangat tampan.
Setelah bayi itu dimandikan, Aminah memerintahkan pembantunya bernama Barakah untuk menyerahkan bayinya itu kepada Abdul Muthalib, mertuanya. Abdul Muthalib menyambut gembira kelahiran cucunya itu. la lalu membawanya ke hadapan Ka’bah. Berdasarkan petunjuk Allah yang diilhamkan kepadanya, Abdul Muthalib menamai cucunya itu Muhammad.
Menurut Ibnu Abbas, kelahiran Nabi Muhammad Saw. bertepatan dengan binasanya pasukan gajah Abrahah yang akan menghancurkan Ka’bah. Karena itu, tahun kelahiran Nabi Muhammad Saw. dinamakan juga tahun gajah. Abrahah adalah seorang pemuka agama Nasrani. la ingin semua orang di Jazirah Arab menganut agama Nasrani.
Abrahah mendirikan gereja yang sangat megah di negeri Yaman. Namun, ia kecewa karena masyarakat Arab lebih suka berziarah ke Ka'bah di kota Makkah daripada menziarahi gereja-nya. Abrahah merasa kesal. Berangkatlah ia bersama pasukan gajahnya menuju kota Makkah untuk menghancurkan Ka'bah. Namun, sebelum mereka berhasil melaksanakan rencananya tersebut, Allah menghujani mereka dengan batu yang terbakar. Matilah Abrahah bersama pasukan gajahnya.
Setelah bayi itu dimandikan, Aminah memerintahkan pembantunya bernama Barakah untuk menyerahkan bayinya itu kepada Abdul Muthalib, mertuanya. Abdul Muthalib menyambut gembira kelahiran cucunya itu. la lalu membawanya ke hadapan Ka’bah. Berdasarkan petunjuk Allah yang diilhamkan kepadanya, Abdul Muthalib menamai cucunya itu Muhammad.
Menurut Ibnu Abbas, kelahiran Nabi Muhammad Saw. bertepatan dengan binasanya pasukan gajah Abrahah yang akan menghancurkan Ka’bah. Karena itu, tahun kelahiran Nabi Muhammad Saw. dinamakan juga tahun gajah. Abrahah adalah seorang pemuka agama Nasrani. la ingin semua orang di Jazirah Arab menganut agama Nasrani.
Abrahah mendirikan gereja yang sangat megah di negeri Yaman. Namun, ia kecewa karena masyarakat Arab lebih suka berziarah ke Ka'bah di kota Makkah daripada menziarahi gereja-nya. Abrahah merasa kesal. Berangkatlah ia bersama pasukan gajahnya menuju kota Makkah untuk menghancurkan Ka'bah. Namun, sebelum mereka berhasil melaksanakan rencananya tersebut, Allah menghujani mereka dengan batu yang terbakar. Matilah Abrahah bersama pasukan gajahnya.
Kehidupan Nabi Muhammad Saw. di Desa
Aminah hanya beberapa hari saja menyusui bayinya karena air susunya tidak keluar lagi. Aminah kemudian meminta Tsuwaibah Al-Aslamiyah untuk menyususi bayinya.
Setelah disusui Tsuwaibah, Nabi Muhammad Saw. kemudian di-susui oleh Halimah Sa’diyah. Halimah adalah salah seorang wanita dusun yang biasa menyusui bayi-bayi orang kota dengan meminta imbalan.
Pada masa itu, kaum wanita Arab yang tinggal di kota mempunyai kebiasaan menitipkan bayinya kepada kaum wanita dusun. Mereka berharap anaknya tumbuh sehat dan kuat karena menghirup udara segar di pedesaan.
Selain itu, anak mereka dapat belajar bahasa Arab yang masih murni, belum tercampuri oleh bahasa-bahasa yang lain. Kabilah Bani Sa’ad tempat Halimah tinggal adalah masyarakat Arab tertua yang tutur bahasanya terkenal fasih dan murni.
Sejak mengasuh Muhammad Saw., keluarga Halimah mendapat keberkahan. Kambing-kambing mereka berkembang biak hingga mencapai ratusan ekor. Sebelumnya, kambing-kambing mereka itu susah sekali beranak. Karena itu, pantaslah jika Halimah dan suaminya lebih menyayangi Muhammad Saw. daripada anak-anak mereka sendiri.
Setelah dua tahun mengasuh Muhammad Saw. Halimah dan suaminya menemui Aminah. Mereka memohon izin Aminah untuk mengasuh putranya itu selama dua tahun lagi.
Setelah berusia empat tahun, Halimah dan suaminya menyerahkan Muhammad Saw. kepada ibunya. Aminah menumpahkan kasih sayangnya kepada putra tunggalnya itu.
Saat Muhammad Saw. berusia 6 tahun, Aminah mengajak-nya untuk berkunjung ke Yatsrib. la ingin berziarah ke makam Abdullah, suaminya.
Setelah disusui Tsuwaibah, Nabi Muhammad Saw. kemudian di-susui oleh Halimah Sa’diyah. Halimah adalah salah seorang wanita dusun yang biasa menyusui bayi-bayi orang kota dengan meminta imbalan.
Pada masa itu, kaum wanita Arab yang tinggal di kota mempunyai kebiasaan menitipkan bayinya kepada kaum wanita dusun. Mereka berharap anaknya tumbuh sehat dan kuat karena menghirup udara segar di pedesaan.
Selain itu, anak mereka dapat belajar bahasa Arab yang masih murni, belum tercampuri oleh bahasa-bahasa yang lain. Kabilah Bani Sa’ad tempat Halimah tinggal adalah masyarakat Arab tertua yang tutur bahasanya terkenal fasih dan murni.
Sejak mengasuh Muhammad Saw., keluarga Halimah mendapat keberkahan. Kambing-kambing mereka berkembang biak hingga mencapai ratusan ekor. Sebelumnya, kambing-kambing mereka itu susah sekali beranak. Karena itu, pantaslah jika Halimah dan suaminya lebih menyayangi Muhammad Saw. daripada anak-anak mereka sendiri.
Setelah dua tahun mengasuh Muhammad Saw. Halimah dan suaminya menemui Aminah. Mereka memohon izin Aminah untuk mengasuh putranya itu selama dua tahun lagi.
Setelah berusia empat tahun, Halimah dan suaminya menyerahkan Muhammad Saw. kepada ibunya. Aminah menumpahkan kasih sayangnya kepada putra tunggalnya itu.
Saat Muhammad Saw. berusia 6 tahun, Aminah mengajak-nya untuk berkunjung ke Yatsrib. la ingin berziarah ke makam Abdullah, suaminya.
Nabi Muhammad Saw. Menjadi Yatim Piatu
Pada hari yang sudah ditentukan, berangkatlah Aminah dan putranya ke Yatsrib (Madinah). Mereka tidak lupa mengajak Barakah, pembantu setia mereka.
Aminah berangkat bersama kafilah dagang Quraisy yang akan berangkat ke kota itu. Setelah berhari-hari mengarungi lautan padang pasir, sampailah mereka di Yatsrib. Aminah disambut gembira oleh kaum kerabatnya dari Bani Najjar. Selama sebulan Aminah dan putranya tinggal di kota ini.
Saat akan kembali ke kota Makkah, Aminah tiba-tiba jatuh sakit. Dari hari ke hari sakitnya semakin bertambah parah sehingga badannya tinggal kulit dengan tulang. Aminah mempunyai firasat bahwa tidak lama lagi ia akan meninggal dunia.
Aminah memeluk tubuh Muhammad Saw. kecil yang sangat dicintainya, la ingin menyampaikan salam perpisahan kepada buah hatinya itu.
Beberapa saat kemudian Aminah menghembuskan napas-nya yang terakhir. Barakah memberitahu Muhammad Saw. bahwa ibunya sudah wafat. Muhammad Saw. kecil mendekap tubuh ibunya sambil menangis tidak henti-hentinya.
Setelah menjadi yatim piatu, Muhammad Saw. diurus oleh Abdul Muthalib, kakeknya. Di kalangan kaum Quraisy, Abdul Muthalib dikenal sebagai pemuka agama Tauhid yang diajarkan Nabi Ibrahim. Karena itu, sejak kecil Muhammad Saw. sudah mendapat pengajaran agama Tauhid dari kakeknya ini.
Saat Muhammad Saw. berusia delapan tahun, Abdul Muthalib wafat, la meninggalkan pesan kepada salah seorang putranya yang bernama Abu Thalib untuk meneruskan mengurus cucunya itu.
Abu Thalib, paman Nabi Muhammad Saw. bukanlah orang kaya. la hidup miskin dengan beberapa orang anak. Namun, Abu Thalib sangat menyayangi Muhammad Saw. melebihi rasa sayangnya kepada putra-putranya sendiri.
Nabi Muhammad Saw. tidak mau membebani pamannya yang miskin. Ia bekerja menggembalakan kambing kepunyaan orang Makkah dengan mendapat imbalan beberapa qirat. Qirat adalah nama mata uang di kalangan masyarakat Arab saat itu.
Saat Nabi Muhammad Saw. berusia dua belas tahun, Abu Thalib mengajaknya berdagang ke negeri Syam. Mereka berangkat bersama kafilah kaum Quraisy yang akan menjajakan dagangannya ke negeri itu.
Sebelum memasuki Syam, mereka melalui daerah bernama Bushra. Di daerah itu tinggallah seorang pendeta Nasrani bernama Bahira. Bahira melihat keajaiban pada kafilah kaum Quraisy itu. La melihat awan yang mengiringi dan menaungi mereka dari sengatan matahari. Menurutnya, di antara rombongan kafilah itu pastilah ada seseorang yang istimewa.
Bahira ingin tahu siapa yang memiliki keistimewaan itu. La kemudian menghentikan rombongan kafilah dagang itu. “Hai Bahira, apa maksud Anda menghentikan kami?" tanya salah seorang anggota kafilah. "Hari ini aku ingin menjamu kalian semua. Mari masuk ke rumahku," ajak Bahira.
Saat mereka sedang menikmati makanan yang sudah dihidangkan. Bahira memperhatikan satu-persatu anggota rombongan kafilah dagang itu. Perhatiannya lalu tertuju kepada Nabi Muhammad Saw.. Bahira melihat tanda-tanda kenabian pada wajahnya.
Setelah mereka selesai makan, Bahira mengajak Muhammad Saw. berbincang-bincang. Dari perbincangan itu Bahira yakin bahwa Muhammad Saw. tidak lain adalah calon nabi akhir zaman sebagaimana yang diberitakan kitab Injil.
Bahira kemudian berkata kepada Abu Thalib, “Bawalah anak saudara Anda itu pulang dan hati-hatilah terhadap orang Yahudi. Jika mereka mengenal anak ini, mereka pasti akan berbuat jahat kepadanya.’’
Setelah menyelesaikan urusan dagangnya, Abu Thalib cepat kembali ke Makkah. Sejak saat itu, Abu Thalib tidak lagi berdagang ke negeri lain demi keselamatan Muhammad Saw.
Saat Nabi Muhammad Saw. berusia 15 tahun, terjadilah suatu peperangan antar-kabilah, yaitu antara kabilah Quraisy bersama pendukungnya yang terdiri dari Bani Kinanah dengan kabilah Qais bin Ailan dari Bani Hawazin.
Peperangan itu terjadi empat kali selama empat tahun dan terjadi pada bulan-bulan yang diharamkan menurut kepercayaan orang-orang Arab saat itu. Karena itulah peperangan itu disebut Perang Fijar/ atau Harbu Fujur, artinya perang durhaka.
Pada peperangan ini Nabi Muhammad Saw. ikut membantu paman-pamannya mengambil anak panah yang dilemparkan musuh. Peperangan ini dimenangkan oleh kaum Quraisy. Agar peperangan tidak berkelanjutan maka diadakanlah perjanjian yang menguntungkan kedua belah pihak.
Aminah berangkat bersama kafilah dagang Quraisy yang akan berangkat ke kota itu. Setelah berhari-hari mengarungi lautan padang pasir, sampailah mereka di Yatsrib. Aminah disambut gembira oleh kaum kerabatnya dari Bani Najjar. Selama sebulan Aminah dan putranya tinggal di kota ini.
Saat akan kembali ke kota Makkah, Aminah tiba-tiba jatuh sakit. Dari hari ke hari sakitnya semakin bertambah parah sehingga badannya tinggal kulit dengan tulang. Aminah mempunyai firasat bahwa tidak lama lagi ia akan meninggal dunia.
Aminah memeluk tubuh Muhammad Saw. kecil yang sangat dicintainya, la ingin menyampaikan salam perpisahan kepada buah hatinya itu.
Beberapa saat kemudian Aminah menghembuskan napas-nya yang terakhir. Barakah memberitahu Muhammad Saw. bahwa ibunya sudah wafat. Muhammad Saw. kecil mendekap tubuh ibunya sambil menangis tidak henti-hentinya.
Setelah menjadi yatim piatu, Muhammad Saw. diurus oleh Abdul Muthalib, kakeknya. Di kalangan kaum Quraisy, Abdul Muthalib dikenal sebagai pemuka agama Tauhid yang diajarkan Nabi Ibrahim. Karena itu, sejak kecil Muhammad Saw. sudah mendapat pengajaran agama Tauhid dari kakeknya ini.
Saat Muhammad Saw. berusia delapan tahun, Abdul Muthalib wafat, la meninggalkan pesan kepada salah seorang putranya yang bernama Abu Thalib untuk meneruskan mengurus cucunya itu.
Abu Thalib, paman Nabi Muhammad Saw. bukanlah orang kaya. la hidup miskin dengan beberapa orang anak. Namun, Abu Thalib sangat menyayangi Muhammad Saw. melebihi rasa sayangnya kepada putra-putranya sendiri.
Nabi Muhammad Saw. tidak mau membebani pamannya yang miskin. Ia bekerja menggembalakan kambing kepunyaan orang Makkah dengan mendapat imbalan beberapa qirat. Qirat adalah nama mata uang di kalangan masyarakat Arab saat itu.
Saat Nabi Muhammad Saw. berusia dua belas tahun, Abu Thalib mengajaknya berdagang ke negeri Syam. Mereka berangkat bersama kafilah kaum Quraisy yang akan menjajakan dagangannya ke negeri itu.
Sebelum memasuki Syam, mereka melalui daerah bernama Bushra. Di daerah itu tinggallah seorang pendeta Nasrani bernama Bahira. Bahira melihat keajaiban pada kafilah kaum Quraisy itu. La melihat awan yang mengiringi dan menaungi mereka dari sengatan matahari. Menurutnya, di antara rombongan kafilah itu pastilah ada seseorang yang istimewa.
Bahira ingin tahu siapa yang memiliki keistimewaan itu. La kemudian menghentikan rombongan kafilah dagang itu. “Hai Bahira, apa maksud Anda menghentikan kami?" tanya salah seorang anggota kafilah. "Hari ini aku ingin menjamu kalian semua. Mari masuk ke rumahku," ajak Bahira.
Saat mereka sedang menikmati makanan yang sudah dihidangkan. Bahira memperhatikan satu-persatu anggota rombongan kafilah dagang itu. Perhatiannya lalu tertuju kepada Nabi Muhammad Saw.. Bahira melihat tanda-tanda kenabian pada wajahnya.
Setelah mereka selesai makan, Bahira mengajak Muhammad Saw. berbincang-bincang. Dari perbincangan itu Bahira yakin bahwa Muhammad Saw. tidak lain adalah calon nabi akhir zaman sebagaimana yang diberitakan kitab Injil.
Bahira kemudian berkata kepada Abu Thalib, “Bawalah anak saudara Anda itu pulang dan hati-hatilah terhadap orang Yahudi. Jika mereka mengenal anak ini, mereka pasti akan berbuat jahat kepadanya.’’
Setelah menyelesaikan urusan dagangnya, Abu Thalib cepat kembali ke Makkah. Sejak saat itu, Abu Thalib tidak lagi berdagang ke negeri lain demi keselamatan Muhammad Saw.
Saat Nabi Muhammad Saw. berusia 15 tahun, terjadilah suatu peperangan antar-kabilah, yaitu antara kabilah Quraisy bersama pendukungnya yang terdiri dari Bani Kinanah dengan kabilah Qais bin Ailan dari Bani Hawazin.
Peperangan itu terjadi empat kali selama empat tahun dan terjadi pada bulan-bulan yang diharamkan menurut kepercayaan orang-orang Arab saat itu. Karena itulah peperangan itu disebut Perang Fijar/ atau Harbu Fujur, artinya perang durhaka.
Pada peperangan ini Nabi Muhammad Saw. ikut membantu paman-pamannya mengambil anak panah yang dilemparkan musuh. Peperangan ini dimenangkan oleh kaum Quraisy. Agar peperangan tidak berkelanjutan maka diadakanlah perjanjian yang menguntungkan kedua belah pihak.
Kisah Pegawai Khadijah mengenai Nabi Muhammad Saw.
Di kota Makkah tersebutlah seorang janda dan saudagar kaya bernama Khadijah. la biasa memperkerjakan kaum pria Quraisy untuk menjualkan barang dagangannya ke Syam. Abu Thalib menyarankan Muhammad Saw. yang saat itu sudah berusia dewasa untuk menemui Khadijah. Namun, sebelum Muhammad Saw. menemuinya, datanglah seorang utusan Khadijah.
la menyampaikan pesan bahwa Khadijah mengundang Muhammad Saw. agar datang ke rumahnya. Rupanya Khadijah merasa tertarik untuk memperkerjakan Muhammad Saw. yang terkenal dengan julukan Al-Amin, artinya orang jujur.
Muhammad Saw. segera menemui Khadijah dengan perasaan gembira. “Saya meminta Anda datang kemari untuk menawarkan pekerjaan kepada Anda. Saya bersedia memberi keuntungan dua kali lipat lebih banyak daripada yang biasa saya berikan kepada orang lain,” kata Khadijah kepada Muhammad Saw.
Muhammad Saw. lalu memberitahukan kabar gembira ini kepada pamannya. “Hai Muhammad, ini merupakan rezeki yang dilimpahkan Allah kepadamu," kata Abu Thalib.
Pada waktu yang sudah ditentukan, berangkatlah Muhammad Saw. membawa dagangan Khadijah ke negeri Syam. la didampingi seorang pembantu Khadijah bernama Maisarah.
Sesampainya di daerah Bushra, mereka beristirahat untuk melepaskan rasa lelah. Muhammad Saw. beristirahat di bawah sebuah pohon rindang dekat gereja kaum Nasrani.
Gereja itu dihuni oleh seorang pendeta dari kaum Nestorian. Dari balik jendela gereja, pendeta itu diam-diam memperhatikan Muhammad Saw.
Pendeta itu kemudian bertanya kepada Maisarah yang sudah dikenalnya karena sering lewat di depan gerejanya.
“Hai Maisarah, siapakah orang yang sedang berteduh di bawah pohon itu?” tanya pendeta Nestorian sambil menunjuk ke arah Muhammad Saw.
“Dia salah seorang dari keluarga penghuni tempat suci Ka’bah,” jawab Maisarah.
Pendeta Nestorian lalu berbisik kepada Maisarah, “Dia calon nabi terakhir. Mudah-mudahan aku dikaruniai umur panjang sehingga dapat menyaksikan pengangkatannya menjadi seorang nabi.”
Betapa kagetnya Maisarah. Ternyata pemuda yang selama ini didampinginya adalah calon nabi akhir zaman. Maisarah menyimpan rahasia ini. la mengkhawatirkan keselamatan Muhammad Saw. jika diketahui masyarakat umum.
Sesampainya di Syam, Nabi Muhammad Saw. menggelar dagangan milik Khadijah. la sangat ramah dan jujur kepada para pembelinya. Jika di antara barang yang dijualnya ada yang cacat, Muhammad Saw. memberitahu para pembelinya sehingga mereka tidak merasa dirugikan.
la menyampaikan pesan bahwa Khadijah mengundang Muhammad Saw. agar datang ke rumahnya. Rupanya Khadijah merasa tertarik untuk memperkerjakan Muhammad Saw. yang terkenal dengan julukan Al-Amin, artinya orang jujur.
Muhammad Saw. segera menemui Khadijah dengan perasaan gembira. “Saya meminta Anda datang kemari untuk menawarkan pekerjaan kepada Anda. Saya bersedia memberi keuntungan dua kali lipat lebih banyak daripada yang biasa saya berikan kepada orang lain,” kata Khadijah kepada Muhammad Saw.
Muhammad Saw. lalu memberitahukan kabar gembira ini kepada pamannya. “Hai Muhammad, ini merupakan rezeki yang dilimpahkan Allah kepadamu," kata Abu Thalib.
Pada waktu yang sudah ditentukan, berangkatlah Muhammad Saw. membawa dagangan Khadijah ke negeri Syam. la didampingi seorang pembantu Khadijah bernama Maisarah.
Sesampainya di daerah Bushra, mereka beristirahat untuk melepaskan rasa lelah. Muhammad Saw. beristirahat di bawah sebuah pohon rindang dekat gereja kaum Nasrani.
Gereja itu dihuni oleh seorang pendeta dari kaum Nestorian. Dari balik jendela gereja, pendeta itu diam-diam memperhatikan Muhammad Saw.
Pendeta itu kemudian bertanya kepada Maisarah yang sudah dikenalnya karena sering lewat di depan gerejanya.
“Hai Maisarah, siapakah orang yang sedang berteduh di bawah pohon itu?” tanya pendeta Nestorian sambil menunjuk ke arah Muhammad Saw.
“Dia salah seorang dari keluarga penghuni tempat suci Ka’bah,” jawab Maisarah.
Pendeta Nestorian lalu berbisik kepada Maisarah, “Dia calon nabi terakhir. Mudah-mudahan aku dikaruniai umur panjang sehingga dapat menyaksikan pengangkatannya menjadi seorang nabi.”
Betapa kagetnya Maisarah. Ternyata pemuda yang selama ini didampinginya adalah calon nabi akhir zaman. Maisarah menyimpan rahasia ini. la mengkhawatirkan keselamatan Muhammad Saw. jika diketahui masyarakat umum.
Sesampainya di Syam, Nabi Muhammad Saw. menggelar dagangan milik Khadijah. la sangat ramah dan jujur kepada para pembelinya. Jika di antara barang yang dijualnya ada yang cacat, Muhammad Saw. memberitahu para pembelinya sehingga mereka tidak merasa dirugikan.
Kisah Nabi Muhammad Saw. Menikahi Khadijah
Muhammad Saw. dan Maisarah mendapat keuntungan besar karena semua barang dagangannya habis terjual. Mereka segera kembali ke kota Makkah.
Khadijah menyambut kedatangan mereka dengan gembira. la kemudian memberi upah kepada Muhammad Saw. beberapa kali lipat dari perjanjian semula.
Setelah Muhammad Saw. pulang, Khadijah bertanya kepada Maisarah bagaimana kerja pegawai barunya itu. Maisarah lalu menceritakan semua pengalamannya mendampingi Muhammad Saw.
Khadijah merasa kagum kepada Muhammad Saw. Diam-diam ia menaruh hati kepada pegawai barunya itu. Khadijah mendambakan Muhammad Saw. menjadi suaminya.
Khadijah memanggil temannya yang bernama Nafisah binti Munyah. la lalu meminta tolong sahabatnya itu untuk menyatakan perasaannya kepada Muhammad Saw.
Berangkatlah Nafisah menemui Muhammad Saw.
"Muhammad, aku kira engkau sudah waktunya untuk berkeluarga. Apa sebenarnya yang menghalangimu sehingga engkau belum juga menikah?" tanya Nafisah.
"Hai Nafisah, aku tidak mempunyai harta sedikitpun untuk bekal berumah tangga," jawab Muhammad Saw.
"Bagaimana pendapatmu jika ada seorang wanita yang mendambakanmu menjadi suaminya. Wanita itu memiliki kekayaan, kehormatan, dan kecantikan. Apakah engkau bersedia?”
"Siapa wanita itu?” tanya Muhammad Saw. penasaran.
“Khadijah,” jawab Nafisah terus terang.
“Lantas apa yang harus kulakukan?"
“Percayakanlah urusan itu kepadaku,” kata Nafisah gembira.
Khadijah lalu meminta Nafisah untuk mengundang Muhammad Saw, ke rumahnya. Setelah Muhammad Saw. datang, Khadijah berkata,“Muhammad putra pamanku, aku mendambakan engkau menjadi suamiku karena terdorong oleh beberapa hal. Pertama, engkau termasuk kaum kerabatku sendiri. Kedua, karena kedudukanmu yang sangat dihormati di kalangan kaum Quraisy. Dan ketiga, karena keluhuran budi dan akhlakmu.”
Pernyataan Khadijah ini memberi isyarat agar Muhammad Saw. segera melamarnya. Kabar gembira ini segera disampaikan Muhammad Saw. kepada pamannya.
Pada hari yang sudah ditentukan berangkatlah keluarga Abu Thalib untuk melamar Khadijah. Masing-masing pihak memberi sambutan. Sambutan dari keluarga Muhammad Saw. diwakili oleh Abu Thalib, sedangkan dari keluarga Khadijah diwakili oleh Waraqah bin Naufal.
Beberapa hari kemudian berlangsunglah pernikahan antara Muhammad Saw. dengan Khadijah. Saat itu Muhammad Saw. berusia 25 tahun, sedangkan Khadijah berusia 40 tahun.
Seluruh masyarakat kota Makkah ikut bergembira dengan pernikahan mereka. Mereka datang berbondong-bondong untuk mengucapkan selamat kepada kedua mempelai.
Khadijah menyambut kedatangan mereka dengan gembira. la kemudian memberi upah kepada Muhammad Saw. beberapa kali lipat dari perjanjian semula.
Setelah Muhammad Saw. pulang, Khadijah bertanya kepada Maisarah bagaimana kerja pegawai barunya itu. Maisarah lalu menceritakan semua pengalamannya mendampingi Muhammad Saw.
Khadijah merasa kagum kepada Muhammad Saw. Diam-diam ia menaruh hati kepada pegawai barunya itu. Khadijah mendambakan Muhammad Saw. menjadi suaminya.
Khadijah memanggil temannya yang bernama Nafisah binti Munyah. la lalu meminta tolong sahabatnya itu untuk menyatakan perasaannya kepada Muhammad Saw.
Berangkatlah Nafisah menemui Muhammad Saw.
"Muhammad, aku kira engkau sudah waktunya untuk berkeluarga. Apa sebenarnya yang menghalangimu sehingga engkau belum juga menikah?" tanya Nafisah.
"Hai Nafisah, aku tidak mempunyai harta sedikitpun untuk bekal berumah tangga," jawab Muhammad Saw.
"Bagaimana pendapatmu jika ada seorang wanita yang mendambakanmu menjadi suaminya. Wanita itu memiliki kekayaan, kehormatan, dan kecantikan. Apakah engkau bersedia?”
"Siapa wanita itu?” tanya Muhammad Saw. penasaran.
“Khadijah,” jawab Nafisah terus terang.
“Lantas apa yang harus kulakukan?"
“Percayakanlah urusan itu kepadaku,” kata Nafisah gembira.
Khadijah lalu meminta Nafisah untuk mengundang Muhammad Saw, ke rumahnya. Setelah Muhammad Saw. datang, Khadijah berkata,“Muhammad putra pamanku, aku mendambakan engkau menjadi suamiku karena terdorong oleh beberapa hal. Pertama, engkau termasuk kaum kerabatku sendiri. Kedua, karena kedudukanmu yang sangat dihormati di kalangan kaum Quraisy. Dan ketiga, karena keluhuran budi dan akhlakmu.”
Pernyataan Khadijah ini memberi isyarat agar Muhammad Saw. segera melamarnya. Kabar gembira ini segera disampaikan Muhammad Saw. kepada pamannya.
Pada hari yang sudah ditentukan berangkatlah keluarga Abu Thalib untuk melamar Khadijah. Masing-masing pihak memberi sambutan. Sambutan dari keluarga Muhammad Saw. diwakili oleh Abu Thalib, sedangkan dari keluarga Khadijah diwakili oleh Waraqah bin Naufal.
Beberapa hari kemudian berlangsunglah pernikahan antara Muhammad Saw. dengan Khadijah. Saat itu Muhammad Saw. berusia 25 tahun, sedangkan Khadijah berusia 40 tahun.
Seluruh masyarakat kota Makkah ikut bergembira dengan pernikahan mereka. Mereka datang berbondong-bondong untuk mengucapkan selamat kepada kedua mempelai.
Kisah Nabi Muhammad Saw. dalam Pemugaran Ka’bah
Pada suatu saat, terjadilah banjir besar melanda kota Makkah. Banjir ini mengakibatkan robohnya dinding Ka’bah. Kaum Quraisy lalu bergotong royong untuk memperbaikinya.
Setelah pemugaran Ka’bah selesai kemudian dilanjutkan dengan peletakkan Hajar Aswad. Namun, masing-masing orang ingin meletakkan Hajar Aswad pada tempatnya sehingga terjadilah pertengkaran di antara mereka.
Untuk menghindari pertengkaran lebih lanjut, mereka sepakat untuk menyelesaikan permasalahan ini dengan meminta bantuan kepada orang pertama .yang memasuki Ka’bah.
Mereka menanti dengan perasaan tegang siapa orang yang pertama kali masuk ke pelataran Ka’bah pada hari itu. Tiba-tiba masuklah Muhammad Saw.
“Nah, ini dia Al-Amin. Kita rela dengan keputusan apapun yang akan diambilnya,” kata mereka serentak.
Setelah dijelaskan duduk perkaranya. Nabi Muhammad Saw. meminta selembar kain. Kain itu lalu dihamparkan di hadapan mereka. Hajar Aswad yang mereka perebutkan itu lalu diletakkan di tengah kain.
"Nah, sekarang setiap perwakilan dari kalian memegang pinggiran kain itu, lalu angkatlah bersama-sama,” kata Muhammad Saw. yang saat itu sudah berusia 35 tahun.
Mereka kemudian mengangkat kain itu bersama-sama. Sesampainya di tempat penyimpan Hajar Aswad, Nabi Muhammad Saw. mengambilnya lalu meletakkan Hajar Aswad pada tempatnya semula. Dengan cara ini selesailah pertengkaran di antara mereka.
Setelah pemugaran Ka’bah selesai kemudian dilanjutkan dengan peletakkan Hajar Aswad. Namun, masing-masing orang ingin meletakkan Hajar Aswad pada tempatnya sehingga terjadilah pertengkaran di antara mereka.
Untuk menghindari pertengkaran lebih lanjut, mereka sepakat untuk menyelesaikan permasalahan ini dengan meminta bantuan kepada orang pertama .yang memasuki Ka’bah.
Mereka menanti dengan perasaan tegang siapa orang yang pertama kali masuk ke pelataran Ka’bah pada hari itu. Tiba-tiba masuklah Muhammad Saw.
“Nah, ini dia Al-Amin. Kita rela dengan keputusan apapun yang akan diambilnya,” kata mereka serentak.
Setelah dijelaskan duduk perkaranya. Nabi Muhammad Saw. meminta selembar kain. Kain itu lalu dihamparkan di hadapan mereka. Hajar Aswad yang mereka perebutkan itu lalu diletakkan di tengah kain.
"Nah, sekarang setiap perwakilan dari kalian memegang pinggiran kain itu, lalu angkatlah bersama-sama,” kata Muhammad Saw. yang saat itu sudah berusia 35 tahun.
Mereka kemudian mengangkat kain itu bersama-sama. Sesampainya di tempat penyimpan Hajar Aswad, Nabi Muhammad Saw. mengambilnya lalu meletakkan Hajar Aswad pada tempatnya semula. Dengan cara ini selesailah pertengkaran di antara mereka.
Nabi Muhammad Saw. Menjadi Nabi dan Rasul Terakhir
Nabi Muhammad Saw. mempunyai kebiasaan berkhalwat. Berkhalwat adalah mengasingkan diri dari keramaian manusia. Tempat yang digunakannya untuk berkhalwat adalah di Goa Hira, kurang lebih 5 km dari arah timur kota Makkah.
Nabi Muhammad Saw. melakukan khalwat di goa itu setahun sekali, yaitu setiap bulan Ramadhan, la tinggal di Goa Hira untuk mendekatkan diri kepada Allah Swt.
Dari atas goa itu Nabi Muhammad Saw. melihat perilaku kaum Quraisy yang sangat dibencinya yaitu menyembah berhala. Berhala-berhala yang mereka sembah itu lalu disimpan di dalam Ka’bah.
Nabi Muhammad Saw. tidak rela bila bangunan suci yang dibangun oleh Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail itu menjadi tempat berhala. Inilah salah satu hal yang mendorongnya untuk berkhlawat di Goa Hira. la memohon petunjuk Allah untuk mengingatkan kaum Quraisy yang berada dalam kesesatan.
Pada hari ketujuh belas dari bulan Ramadan saat itu, Nabi Muhammad Saw. mengalami peristiwa yang sangat menakjubkan. Nabi Muhammad Saw. menceritakan sendiri peristiwa itu.
‘Di saat Nabi Muhammad Saw. sedang tidur, datanglah Malaikat Jibril membawa sebuah baki beralaskan sutra dan di atasnya terdapat sebuah kitab,
Nabi Muhammad Saw. melakukan khalwat di goa itu setahun sekali, yaitu setiap bulan Ramadhan, la tinggal di Goa Hira untuk mendekatkan diri kepada Allah Swt.
Dari atas goa itu Nabi Muhammad Saw. melihat perilaku kaum Quraisy yang sangat dibencinya yaitu menyembah berhala. Berhala-berhala yang mereka sembah itu lalu disimpan di dalam Ka’bah.
Nabi Muhammad Saw. tidak rela bila bangunan suci yang dibangun oleh Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail itu menjadi tempat berhala. Inilah salah satu hal yang mendorongnya untuk berkhlawat di Goa Hira. la memohon petunjuk Allah untuk mengingatkan kaum Quraisy yang berada dalam kesesatan.
Pada hari ketujuh belas dari bulan Ramadan saat itu, Nabi Muhammad Saw. mengalami peristiwa yang sangat menakjubkan. Nabi Muhammad Saw. menceritakan sendiri peristiwa itu.
‘Di saat Nabi Muhammad Saw. sedang tidur, datanglah Malaikat Jibril membawa sebuah baki beralaskan sutra dan di atasnya terdapat sebuah kitab,
Malaikat Jibril lalu berkata kepada Nabi Muhammad Saw., 'Bacalah!’.
Aku tidak dapat membaca,’ jawab Nabi Muhammad Saw..Malaikat Jibril lalu memeluk Nabi Muhammad Saw. hingga Nabi Muhammad Saw. merasa bahwa kematian sedang menghampiriNya, Malaikat Jibril melepaskan diri Nabi Muhammad Saw. lalu berkata lagi, ’Bacalah!’
Aku tidak dapat membaca,’jawab Nabi Muhammad Saw..
Malaikat Jibril lalu memeluk Nabi Muhammad Saw. lagi hingga Nabi Muhammad Saw. merasa kematianNya tiba,Malaikat Jibril kemudian melepaskan diri Nabi Muhammad Saw. sambil berkata, 'Bacalah dengan menyebut nama Tuhanmu Yang telah menciptakan segala sesuatu. Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah!, dan Tuhanmu adalah Maha Pemurah Yang telah mengajarkan manusia dengan qalam (baca tulis). Dia-lah Yang mengajarkan manusia apa yang tidak diketahuinya. (Al- Quran, surat Al-Alaq ayat 1 sampai 5).Nabi Muhammad Saw. lalu mengucapkan kata-kata yang didiktekan Malaikat Jibril itu kepadaNya. Ketika Nabi Muhammad Saw. bangun seolah-olah dalam hati-Nya telah tertulis kata-kata itu.
Nabi Muhammad Saw. keluar dari Goa Hira. Saat berada di puncak bukit itu Nabi Muhammad Saw. mendengar suara berkumandang di langit.
‘Hai Muhammad, engkau adalah Rasulullah (utusan Allah) dan aku adalah Malaikat Jibril yang menjelma dalam bentuk seorang laki-laki, berdiri di cakrawala.’
Malaikat Jibril kemudian berkata lagi, ’Hai Muhammad, engkau adalah Rasulullah dan aku adalah Malaikat Jibril.’
Ketika Nabi Muhammad Saw. melihat ke arah langit, tampaklah malaikat Jibril dalam rupa seorang laki-laki berdiri di cakrawala.
Ketika Nabi Muhammad Saw. melihat ke arah langit, tampaklah malaikat Jibril dalam rupa seorang laki-laki berdiri di cakrawala.
Malaikat Jibril berkata lagi, 'Hai Muhammad, engkau adalah Rasulullah dan aku adalah Malaikat Jibril.’
Nabi Muhammad Saw. berdiri terpaku, tidak dapat bergerak sedikit pun maju atau mundur. Nabi Muhammad Saw. memalingkan muka-Nya dari arah cakrawala. Namun, ke arah mana pun Nabi Muhammad Saw. menoleh, Malaikat jibril tetap berada di depan mata-Nya. Di saat Nabi Muhammad Saw. dalam keadaan seperti itu, Nabi Muhammad Saw. melihat beberapa orang suruhan Khadijah sedang mencari-cari diri-Nya. Mereka tidak dapat naik ke puncak bukit di mana Nabi Muhammad Saw. sedang berdiri. Nabi Muhammad Saw. masih tetap berdiri saat mereka menuruni bukit itu.
Setelah Malaikat Jibril pergi, Nabi Muhammad Saw. cepat-cepat pulang ke tengah keluarga-nya. Saat Khadijah melihat Nabi Muhammad Saw., Khadijah bertanya, 'Hai Abu Qasim, (salah satu panggilan Nabi Muhammad Saw. yang diambil dari salah satu putra-Nya yang wafat). Ke mana saja engkau?’ Aku telah menyuruh beberapa orang untuk mencarimu, tetapi mereka pulang kembali.’
Nabi Muhammad Saw. lalu menceritakan semua kejadian yang dialami-Nya di Goa Hira itu kepada Khadijah.
“Wahai putra pamanku, besarkanlah hatimu dan tabahlah. Demi Allah, aku sungguh berharap engkau akan menjadi Nabi bagi umat manusia ini. Allah tidak akan merendahkan martabat-Mu. Engkau adalah seorang yang menjaga hubungan silaturahmi, selalu berbicara benar, menolong orang yang tidak mampu, menghormati tamu, dan selalu membantu orang yang kesusahan". Kata-kata Khadijah menenangkan hati Nabi Muhammad Saw.
Nabi Muhammad Saw. berdiri terpaku, tidak dapat bergerak sedikit pun maju atau mundur. Nabi Muhammad Saw. memalingkan muka-Nya dari arah cakrawala. Namun, ke arah mana pun Nabi Muhammad Saw. menoleh, Malaikat jibril tetap berada di depan mata-Nya. Di saat Nabi Muhammad Saw. dalam keadaan seperti itu, Nabi Muhammad Saw. melihat beberapa orang suruhan Khadijah sedang mencari-cari diri-Nya. Mereka tidak dapat naik ke puncak bukit di mana Nabi Muhammad Saw. sedang berdiri. Nabi Muhammad Saw. masih tetap berdiri saat mereka menuruni bukit itu.
Setelah Malaikat Jibril pergi, Nabi Muhammad Saw. cepat-cepat pulang ke tengah keluarga-nya. Saat Khadijah melihat Nabi Muhammad Saw., Khadijah bertanya, 'Hai Abu Qasim, (salah satu panggilan Nabi Muhammad Saw. yang diambil dari salah satu putra-Nya yang wafat). Ke mana saja engkau?’ Aku telah menyuruh beberapa orang untuk mencarimu, tetapi mereka pulang kembali.’
Nabi Muhammad Saw. lalu menceritakan semua kejadian yang dialami-Nya di Goa Hira itu kepada Khadijah.
“Wahai putra pamanku, besarkanlah hatimu dan tabahlah. Demi Allah, aku sungguh berharap engkau akan menjadi Nabi bagi umat manusia ini. Allah tidak akan merendahkan martabat-Mu. Engkau adalah seorang yang menjaga hubungan silaturahmi, selalu berbicara benar, menolong orang yang tidak mampu, menghormati tamu, dan selalu membantu orang yang kesusahan". Kata-kata Khadijah menenangkan hati Nabi Muhammad Saw.
Nabi Muhammad Saw. kemudian tidur untuk memulihkan tenaganya. Sementara itu Khadijah menemui saudara sepupunya, Waraqah bin Naufal. la memberitahu Waraqah peristiwa yang baru saja dialami oleh suaminya.
“Khadijah, demi Allah, kalau benar apa yang engkau ceritakan itu, maka suamimu telah didatangi malaikat yang dulu mendatangi Nabi Musa a.s. Sungguh Muhammad adalah seorang Nabi bagi umat ini. Hendaklah Muhammad sabar dan tabah.' kata Waraqah.
Beberapa hari setelah peristiwa itu.Nabi Muhammad Rasulullah Saw. bertawaf mengitari Ka’bah. Beliau bertemu dengan Waraqah bin Naufal.
“Hai Muhammad, engkau adalah nabi bagi umat ini. Engkau telah didatangi malaikat yang dulu mendatangi Nabi Musa a.s. Hendaklah engkau tabah karena engkau akan didustakan orang, diganggu, dan akan diusir dari negeri ini. Seandainya umurku panjang, aku pasti membela agama Allah,” kata Waraqah.
“Khadijah, demi Allah, kalau benar apa yang engkau ceritakan itu, maka suamimu telah didatangi malaikat yang dulu mendatangi Nabi Musa a.s. Sungguh Muhammad adalah seorang Nabi bagi umat ini. Hendaklah Muhammad sabar dan tabah.' kata Waraqah.
Beberapa hari setelah peristiwa itu.Nabi Muhammad Rasulullah Saw. bertawaf mengitari Ka’bah. Beliau bertemu dengan Waraqah bin Naufal.
“Hai Muhammad, engkau adalah nabi bagi umat ini. Engkau telah didatangi malaikat yang dulu mendatangi Nabi Musa a.s. Hendaklah engkau tabah karena engkau akan didustakan orang, diganggu, dan akan diusir dari negeri ini. Seandainya umurku panjang, aku pasti membela agama Allah,” kata Waraqah.
Nabi Muhammad Saw. Mendapat Perintah Berdakwah
Nabi Muhammad Rasulullah Saw. pergi ke Goa Hira dengan harapan bertemu dengan Malaikat Jibril lagi. Namun, setelah berulang kali naik ke goa itu, Nabi Muhammad Saw. tidak juga bertemu Malaikat Jibril. Hal itu terjadi sampai tiga bulan lamanya hingga membuat Rasulullah Saw. cemas.
Dalam keadaan putus asa, tiba-tiba Rasulullah Saw. mendengar suara dari langit. Tampaklah Malaikat Jibril sedang duduk di sebuah kursi antara langit dan bumi. Rasulullah Saw. merasa ketakutan, Nabi Muhammad Saw. segera pulang.
Sesampainya di rumah, Rasulullah Saw. minta Khadijah agar segera menyelimutinya. Ketika Nabi Muhammad Saw. sedang tidur berselimut datanglah malaikat Jibril menyampaikan firman Allah Swt.
Dalam keadaan putus asa, tiba-tiba Rasulullah Saw. mendengar suara dari langit. Tampaklah Malaikat Jibril sedang duduk di sebuah kursi antara langit dan bumi. Rasulullah Saw. merasa ketakutan, Nabi Muhammad Saw. segera pulang.
Sesampainya di rumah, Rasulullah Saw. minta Khadijah agar segera menyelimutinya. Ketika Nabi Muhammad Saw. sedang tidur berselimut datanglah malaikat Jibril menyampaikan firman Allah Swt.
"Hai orang yang berselimut, bangunlah! Berilah peringatan (kepada ummatmu). Agungkanlah Allah Tuhanmu. dan bersihkanlah pakaianmu, serta jauhilah perbuatan dosa." (Al-Quran, surat Al-Mudatstsir ayat 1 sampai 5).
Dengan turunnya wahyu kedua ini, Allah memberi tugas kepada Rasulullah Saw. untuk memulai dakwahnya. Nabi Muhammad Saw. diberi tugas untuk menyampaikan ajaran Islam kepada seluruh umat manusia.
Rasulullah Saw. memulai dakwahnya kepada keluarganya sendiri. Orang pertama yang menyambut dakwahnya adalah Khadijah. Rasulullah Saw. menyampaikan kabar gembira kepada Khadijah bahwa Allah telah membangun sebuah istana yang terbuat dari mutiara di surga.
Orang kedua yang masuk Islam adalah Ali bin Abi Thalib, saudara sepupu Rasulullah Saw. Ali bin Abi Thalib adalah salah seorang putra Abu Thalib. Sejak kecil Ali bin Abi Thalib diasuh dan dibesarkan oleh Rasulullah Saw. Ketika masuk Islam, Ali bin Abi Thalib baru berusia 10 tahun.
Rasulullah Saw. didampingi Khadijah dan Ali bin Abi Thalib, sering melaksanakan shalat di depan Ka’bah. Sebelum peristiwa Isra Mi’raj, shalat yang dilakukan Rasulullah Saw. berjumlah dua rakaat. Shalat itu dikerjakan sebelum matahari terbit dan sebelum matahari terbenam.
Setelah tiga tahun berdakwah di tengah kaum kerabatnya, Allah memerintahkan Rasulullah Saw. untuk berdakwah kepada masyarakat umum, sebagaimana firman Allah dalam surat Al-Hijr ayat 94.
Rasulullah Saw. memulai dakwahnya kepada keluarganya sendiri. Orang pertama yang menyambut dakwahnya adalah Khadijah. Rasulullah Saw. menyampaikan kabar gembira kepada Khadijah bahwa Allah telah membangun sebuah istana yang terbuat dari mutiara di surga.
Orang kedua yang masuk Islam adalah Ali bin Abi Thalib, saudara sepupu Rasulullah Saw. Ali bin Abi Thalib adalah salah seorang putra Abu Thalib. Sejak kecil Ali bin Abi Thalib diasuh dan dibesarkan oleh Rasulullah Saw. Ketika masuk Islam, Ali bin Abi Thalib baru berusia 10 tahun.
Rasulullah Saw. didampingi Khadijah dan Ali bin Abi Thalib, sering melaksanakan shalat di depan Ka’bah. Sebelum peristiwa Isra Mi’raj, shalat yang dilakukan Rasulullah Saw. berjumlah dua rakaat. Shalat itu dikerjakan sebelum matahari terbit dan sebelum matahari terbenam.
Setelah tiga tahun berdakwah di tengah kaum kerabatnya, Allah memerintahkan Rasulullah Saw. untuk berdakwah kepada masyarakat umum, sebagaimana firman Allah dalam surat Al-Hijr ayat 94.
"Sampaikanlah secara terbuka (terang-terangan) semua yang diperintahkan kepadamu dan berpalinglah dari kaum musyrikin. ’’
Setelah menerima wahyu Allah itu, Rasulullah Saw. mulai berdakwah kepada kaum kerabatnya. Namun, dakwah Nabi Muhammad Saw. ini mendapat halangan dari paman Nabi Muhammad Saw. sendiri yang bernama Abu Lahab.
Setelah mendakwahi kaum kerabatnya, Rasulullah Saw. mulai berdakwah kepada masyarakat Makkah. Rasulullah Saw. naik ke bukit Shafa lalu berteriak keras.
“Wahai, kaum Quraisy...!”
“Hai dengar! Muhammad memanggil-manggil kita,’’ kata kaum Quraisy. Mereka kemudian berbondong-bondong mendatangi Rasulullah Saw. di bukit Shafa.
Setelah kaum Quraisy berkumpul, Rasulullah Saw. memulai dakwahnya.
"Hai kaum Quraisy, jika di dataran tinggi ini ada pasukan berkuda yang akan menyerang kalian, apakah kalian percaya?"
"Ya, tentu saja kami percaya karena engkau tidak pernah berbohong muhammad.” jawab mereka serempak.
"Kalian kuperingatkan sebelum menghadapi azab yang sangat pedih. Hai, Bani Abdul Muthalib, Bani Abdi Manaf, Bani Zuhrah, Bani Taim, Bani Makzum, dan Bani Asad. Ketahuilah bahwa Allah telah memerintahkan diriku untuk menyampaikan peringatan kepada kalian. Aku tidak dapat memberikan keuntungan apapun kepada kalian baik di dunia dan di akhirat kecuali jika kalian bersedia mengakui bahwa tiada Tuhan selain Allah.” kata Rasulullah Saw.
"Hai Muhammad, celaka engkau! Hanya untuk inikah engkau mengumpulkan kami muhammad,” kata Abu Lahab jengkel.
Abu Lahab kemudian membubarkan kaum Quraisy. Turun-lah wahyu Allah yang isinya mengecam Abu Lahab.
Setelah mendakwahi kaum kerabatnya, Rasulullah Saw. mulai berdakwah kepada masyarakat Makkah. Rasulullah Saw. naik ke bukit Shafa lalu berteriak keras.
“Wahai, kaum Quraisy...!”
“Hai dengar! Muhammad memanggil-manggil kita,’’ kata kaum Quraisy. Mereka kemudian berbondong-bondong mendatangi Rasulullah Saw. di bukit Shafa.
Setelah kaum Quraisy berkumpul, Rasulullah Saw. memulai dakwahnya.
"Hai kaum Quraisy, jika di dataran tinggi ini ada pasukan berkuda yang akan menyerang kalian, apakah kalian percaya?"
"Ya, tentu saja kami percaya karena engkau tidak pernah berbohong muhammad.” jawab mereka serempak.
"Kalian kuperingatkan sebelum menghadapi azab yang sangat pedih. Hai, Bani Abdul Muthalib, Bani Abdi Manaf, Bani Zuhrah, Bani Taim, Bani Makzum, dan Bani Asad. Ketahuilah bahwa Allah telah memerintahkan diriku untuk menyampaikan peringatan kepada kalian. Aku tidak dapat memberikan keuntungan apapun kepada kalian baik di dunia dan di akhirat kecuali jika kalian bersedia mengakui bahwa tiada Tuhan selain Allah.” kata Rasulullah Saw.
"Hai Muhammad, celaka engkau! Hanya untuk inikah engkau mengumpulkan kami muhammad,” kata Abu Lahab jengkel.
Abu Lahab kemudian membubarkan kaum Quraisy. Turun-lah wahyu Allah yang isinya mengecam Abu Lahab.
"Celakalah kedua tangan Abu Lahab, dan sungguh celakalah ia. Harta kekayaan dan usahanya tidak berguna baginya. Kelak ia akan masuk ke dalam api neraka yang bergejolak Begitu pula istrinya. pembawa kayu bakar yang di lehernya ada tali dari serabut. (Al-Quran surat Al-Lahab ayat 1 sampai 5)
Kaum Musyrik Quraisy merasa kesal kepada Rasulullah Saw. Mereka sering mendengar Rasulullah Saw. mengejek perbuatan mereka menyembah berhala. Namun, kaum Musyrik Quraisy tidak berani berbuat apa-apa karena Rasulullah Saw. dilindungi Abu Thalib.
Berangkatlah sepuluh orang utusan kaum Musyrik Quraisy menemui Abu Thalib.
"Hai Abu Thalib, anda tentu mengetahui bahwa Muhammad mencela perbuatan kami menyembah berhala, Muhammad menuduh kami orang-orang sesat. Kami meminta dengan hormat agar Anda melarang kegiatan dakwahnya. Jika Anda tidak sanggup menghentikannya, kamilah yang akan melakukannya.”
Abu Thalib menolak permintaan mereka untuk menghentikan kegiatan dakwah muhammad keponakannya itu. Abu Thalib tahu bahwa yang disampaikan oleh Rasulullah Saw. adalah kebenaran.
Kaum Musyrik Quraisy marah karena Abu Thalib tidak bersedia menghentikan dakwah Rasulullah Saw. Mereka akhirnya memutuskan untuk menganiaya Rasulullah Saw. dan para pengikutnya.
Abu Jahal adalah orang pertama yang mencoba membunuh Rasulullah Saw. Ia menimpakan batu besar ke atas kepala Rasulullah Saw. saat sedang sujud. Namun, sebelum Abu Jahal melemparkan batunya itu, tiba-tiba muncullah seekor unta besar akan menerkamnya. Abu Jahal lalu berlari ketakutan.
Pada waktu lainnya, Abu Jahal menyuruh seseorang untuk melumuri kepala Rasulullah Saw. dengan debu. Akibatnya, Rasulullah Saw. pulang dengan keadaan meraba-raba karena matanya tidak bisa melihat.
Melihat hal itu, putri Rasulullah Saw. yang bernama Fathimah menangis sedih. “Anakku. Janganlah engkau menangis, karena Allah senantiasa melindungi ayah," kata Rasulullah Saw. menghibur putrinya.
Kaum Muslim pun tidak luput dari penganiayaan kaum Musyrik Quraisy. Mereka menyiksa kaum Muslim yang lemah dan tidak mempunyai pelindung, yaitu para hamba sahaya.
Para hamba sahaya itu disiksa dan dipaksa agar melepaskan agama Islam yang sudah mereka anut. Di antara mereka tersebutlah keluarga Yasir. Mereka memilih mati syahid daripada melepaskan agama Islam yang sudah mereka anut.
Yasir dan Sumayyah mati syahid dengan badan yang terpotong-potong. Rasulullah Saw. menyampaikan berita gembira bahwa Allah telah menyediakan surga sebagai balasan pengorbanan Yasir dan istrinya.
Berangkatlah sepuluh orang utusan kaum Musyrik Quraisy menemui Abu Thalib.
"Hai Abu Thalib, anda tentu mengetahui bahwa Muhammad mencela perbuatan kami menyembah berhala, Muhammad menuduh kami orang-orang sesat. Kami meminta dengan hormat agar Anda melarang kegiatan dakwahnya. Jika Anda tidak sanggup menghentikannya, kamilah yang akan melakukannya.”
Abu Thalib menolak permintaan mereka untuk menghentikan kegiatan dakwah muhammad keponakannya itu. Abu Thalib tahu bahwa yang disampaikan oleh Rasulullah Saw. adalah kebenaran.
Kaum Musyrik Quraisy marah karena Abu Thalib tidak bersedia menghentikan dakwah Rasulullah Saw. Mereka akhirnya memutuskan untuk menganiaya Rasulullah Saw. dan para pengikutnya.
Abu Jahal adalah orang pertama yang mencoba membunuh Rasulullah Saw. Ia menimpakan batu besar ke atas kepala Rasulullah Saw. saat sedang sujud. Namun, sebelum Abu Jahal melemparkan batunya itu, tiba-tiba muncullah seekor unta besar akan menerkamnya. Abu Jahal lalu berlari ketakutan.
Pada waktu lainnya, Abu Jahal menyuruh seseorang untuk melumuri kepala Rasulullah Saw. dengan debu. Akibatnya, Rasulullah Saw. pulang dengan keadaan meraba-raba karena matanya tidak bisa melihat.
Melihat hal itu, putri Rasulullah Saw. yang bernama Fathimah menangis sedih. “Anakku. Janganlah engkau menangis, karena Allah senantiasa melindungi ayah," kata Rasulullah Saw. menghibur putrinya.
Kaum Muslim pun tidak luput dari penganiayaan kaum Musyrik Quraisy. Mereka menyiksa kaum Muslim yang lemah dan tidak mempunyai pelindung, yaitu para hamba sahaya.
Para hamba sahaya itu disiksa dan dipaksa agar melepaskan agama Islam yang sudah mereka anut. Di antara mereka tersebutlah keluarga Yasir. Mereka memilih mati syahid daripada melepaskan agama Islam yang sudah mereka anut.
Yasir dan Sumayyah mati syahid dengan badan yang terpotong-potong. Rasulullah Saw. menyampaikan berita gembira bahwa Allah telah menyediakan surga sebagai balasan pengorbanan Yasir dan istrinya.
"Wahai keluarga Yasir, bersabarlah! Sesungguhnya tempat yang dijanjikan Allah bagi kalian adalah surga.”
Kaum Muslim Hijrah ke Habasyah atas Perintah Nabi Muhammad Saw.
Untuk menyelamatkan kaum Muslim dari penganiayaan kaum Musyrik, Rasulullah Saw. memerintahkan mereka untuk berhij'rah ke negeri Habasyah. Hijrah artinya berpindah tempat.
Berangkatlah kaum Muslim ke negeri Habasyah dipimpin oleh Ja’far bin Abi Thalib, saudara sepupu Rasulullah Saw.. Namun, keberangkatan mereka tidak terlepas dari pengintaian kaum Musyrik.
Kaum Musyrik mengirim dua orang utusannya ternama Abdullah bin Abi Rabi’ah dan Amer bin Ash untuk menghadap Najasyi, Raja Habasyah. Mereka meminta Najasyi untuk mengembalikan kaum Muslim ke kota Makkah.
Raja Najasyi yang bijaksana tidak langsung bertindak. la meminta salah seorang utusan kaum Muslim untuk memberi penjelasan kepadanya. Majulah Ja’far bin Abi Thalib.
Ja’far bin Abi Thalib lalu memberi penjelasan kepada Raja Najasyi bahwa kedatangan mereka ke Habasyah adalah untuk menghindari penganiayaan kaum Musyrik Quraisy. Kaum Musyrik menganiaya mereka disebabkan mereka memeluk agama Islam yang dibawa Nabi Muhammad 'Rasulullah Saw.'
Raja Najasyi kemudian bertanya kepada Ja’far bin Abi Thalib, “Dapatkah kalian memberitahu kami tentang ajaran yang dibawa Nabi Muhammad Saw. itu?”
Ja’far bin Abi Thalib membacakan beberapa ayat Al-Quran dari surat Maryam.
"Inilah orang yang datang mengemban tugas yang sama dengan Nabi Isa dan membawa ajaran yang sama,” kata Raja Najasyi setelah mendengar ayat Al-Quran yang dibacakan Ja’far.
Ja’far bin Abi Thalib kemudian menyerahkan surat dari Rasulullah Saw. yang ditujukan kepada Raja Najasyi. Isi surat tersebut mengajak Raja Najasyi masuk Islam.
Raja Najasyi membalas surat Rasulullah Saw. la bersedia masuk Islam sebagaimana ajakan Rasulullah Saw.
Kaum Musyrik Quraisy mulai ketakutan karena jumlah kaum Muslim semakin bertambah banyak. Apalagi setelah tokoh kebanggaan mereka, Umar bin Khatab masuk Islam.
Umar bin Khatab pada mulanya adalah orang yang sangat membenci dan memusuhi Rasulullah Saw. la tidak segan-segan menganiaya siapa pun yang diketahuinya memeluk Islam. Namun, setelah menjadi seorang Muslim, Umar berbalik menjadi musuh kaum Musyrik yang paling mereka takuti.
Untuk menghalang-halangi perkembangan Islam, para pemuka kaum Musyrik Quraisy melarang kaumnya untuk berhubungan dengan kaum Muslim. Mereka dilarang saling kunjung-mengunjungi dan saling berjual beli.
Keputusan ini ditandatangani 40 orang pemuka kaum Musyrik Quraisy. Keputusan itu ditulis dalam bentuk piagam lalu digantungkan pada dinding Ka’bah. Peristiwa ini terjadi pada tahun ketujuh setelah Rasulullah Saw. diangkat menjadi nabi.
Aturan mereka ini membuat Rasulullah Saw. dan kaum Muslim menderita kelaparan. Mereka tidak mendapatkan sesuatu pun yang dapat dimakan kecuali daun-daunan.
Penderitaan ini dialami kaum Muslim selama tiga tahun. Namun, semuanya itu mereka jalani dengan penuh ketabahan dan kesabaran. Mereka yakin bahwa semuanya itu merupakan cobaan dari Allah untuk menguji keimanan mereka.
Beberapa bulan setelah peristiwa yang menyengsarakan kaum Muslim itu, Pamannya Abu Thalib wafat. Rasulullah Saw. sangat berduka dengan kewafatan pamannya ini.
"Pergilah kalian ke Habasyah. Negeri ini dipimpin oleh seorang raja yang tidak pernah berbuat zalim kepada orang-orang yang berada di bawah kekuasaannya. Habasyah adalah tempat yang baik untuk kalian. Allah menjadikannya lebih aman dari daerah yang kalian tinggali sekarang,” kata Rasulullah Saw.
Kaum Musyrik mengirim dua orang utusannya ternama Abdullah bin Abi Rabi’ah dan Amer bin Ash untuk menghadap Najasyi, Raja Habasyah. Mereka meminta Najasyi untuk mengembalikan kaum Muslim ke kota Makkah.
Raja Najasyi yang bijaksana tidak langsung bertindak. la meminta salah seorang utusan kaum Muslim untuk memberi penjelasan kepadanya. Majulah Ja’far bin Abi Thalib.
Ja’far bin Abi Thalib lalu memberi penjelasan kepada Raja Najasyi bahwa kedatangan mereka ke Habasyah adalah untuk menghindari penganiayaan kaum Musyrik Quraisy. Kaum Musyrik menganiaya mereka disebabkan mereka memeluk agama Islam yang dibawa Nabi Muhammad 'Rasulullah Saw.'
Raja Najasyi kemudian bertanya kepada Ja’far bin Abi Thalib, “Dapatkah kalian memberitahu kami tentang ajaran yang dibawa Nabi Muhammad Saw. itu?”
Ja’far bin Abi Thalib membacakan beberapa ayat Al-Quran dari surat Maryam.
"Inilah orang yang datang mengemban tugas yang sama dengan Nabi Isa dan membawa ajaran yang sama,” kata Raja Najasyi setelah mendengar ayat Al-Quran yang dibacakan Ja’far.
Ja’far bin Abi Thalib kemudian menyerahkan surat dari Rasulullah Saw. yang ditujukan kepada Raja Najasyi. Isi surat tersebut mengajak Raja Najasyi masuk Islam.
Raja Najasyi membalas surat Rasulullah Saw. la bersedia masuk Islam sebagaimana ajakan Rasulullah Saw.
Kaum Musyrik Quraisy mulai ketakutan karena jumlah kaum Muslim semakin bertambah banyak. Apalagi setelah tokoh kebanggaan mereka, Umar bin Khatab masuk Islam.
Umar bin Khatab pada mulanya adalah orang yang sangat membenci dan memusuhi Rasulullah Saw. la tidak segan-segan menganiaya siapa pun yang diketahuinya memeluk Islam. Namun, setelah menjadi seorang Muslim, Umar berbalik menjadi musuh kaum Musyrik yang paling mereka takuti.
Untuk menghalang-halangi perkembangan Islam, para pemuka kaum Musyrik Quraisy melarang kaumnya untuk berhubungan dengan kaum Muslim. Mereka dilarang saling kunjung-mengunjungi dan saling berjual beli.
Keputusan ini ditandatangani 40 orang pemuka kaum Musyrik Quraisy. Keputusan itu ditulis dalam bentuk piagam lalu digantungkan pada dinding Ka’bah. Peristiwa ini terjadi pada tahun ketujuh setelah Rasulullah Saw. diangkat menjadi nabi.
Aturan mereka ini membuat Rasulullah Saw. dan kaum Muslim menderita kelaparan. Mereka tidak mendapatkan sesuatu pun yang dapat dimakan kecuali daun-daunan.
Penderitaan ini dialami kaum Muslim selama tiga tahun. Namun, semuanya itu mereka jalani dengan penuh ketabahan dan kesabaran. Mereka yakin bahwa semuanya itu merupakan cobaan dari Allah untuk menguji keimanan mereka.
Beberapa bulan setelah peristiwa yang menyengsarakan kaum Muslim itu, Pamannya Abu Thalib wafat. Rasulullah Saw. sangat berduka dengan kewafatan pamannya ini.
"Paman. Semoga Allah melimpahkan rahmat-Nya kepada-mu. Engkau telah mengasuhku di waktu kecil, dan saat aku dewasa engkaulah yang membela dan melindungiku. Allah akan memberi pahala sebaik-baiknya, sebagaimana pahala yang diberikan kepada orang yang beramal kebajikan dan berjuang di jalan Allah dengan jiwa raga dan harta benda.”
Kesedihan Rasulullah Saw. bertambah lagi. Karena tidak lama setelah itu, Istrinya 'Khadijah', orang yang paling setia mendampingi perjuangan Rasulullah Saw. wafat.
Dengan wafatnya Abu Thalib dan Khadijah, Rasulullah Saw. kehilangan dua orang pembela dan pelindungnya. Karena itu, beliau menamakannya 'Amul Huzn, artinya tahun duka-cita.
Dengan wafatnya Abu Thalib dan Khadijah, Rasulullah Saw. kehilangan dua orang pembela dan pelindungnya. Karena itu, beliau menamakannya 'Amul Huzn, artinya tahun duka-cita.
Isra Mi’raj Nabi Muhammad Saw.
Sejak wafatnya Abu Thalib dan Khadijah, berbagai kesedihan dan kesulitan dialami Rasulullah Saw. Beliau pernah dilempari batu oleh penduduk Thaif hingga berlumuran darah. Mereka menolak ajakan Rasulullah Saw. untuk beriman kepada Allah. Rasulullah Saw. kemudian mengadu kepada Allah.
”Ya Allah, kepada-Mulah aku mengadukan kelemahanku, kurangnya kesanggupanku berhadapan dengan manusia. Engkaulah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Engkaulah Pelindung orang lemah dan Engkaulah Pelindungku. Kepada siapakah aku hendak Engkau serahkan? Kepada orang jauh yang berwajah suram kepadaku atau kepada musuh yang menguasai diriku? Namun, jika Engkau tidak murka kepadaku, semuanya itu tidak aku pedulikan karena betapa banyaknya nikmat yang telah Engkau berikan kepadaku. Aku berlindung kepada sinar wajah-Mu yang menerangi kegelapan dan mendatangkan kebajikan di dunia dan di akhirat. Aku berlindung dari murka-Mu yang akan menimpa diriku. Hanya Engkaulah yang berhak mempersalahkan diriku, dan Engkau pulalah yang berhak meridhaiku. Sungguh tidak ada daya dan kekuatan selain kekuatan yang Engkau anugerahkan kepadaku.”
Allah lalu menghibur kesedihan Rasulullah Saw. dengan peristiwa Isra Mi’raj. Perjalanan Isra dimulai pada malam hari dari Masjidil Haram di Makkah lalu menuju Yastrib (Madinah), kemudian menuju Madyan (tempat Nabi Syu’aib berdakwah).
Dari Madyan dilanjutkan ke bukit Sinai (tempat Nabi Musa a.s. menerima firman Allah), lalu ke Bethlehem (tempat Nabi Isa a.s. lahir), dan terakhir ke Masjdil Aqsha yang dibangun oleh Nabi Sulaiman a.s..
Peristiwa Isra Mi’raj ini dijelaskan dalam Al-Quran surat Al- Isra ayat 1.
Mahasuci Allah yang telah memberangkatkan hamba-Nya pada suatu malam dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsha yang telah Kami berkati sekelilingnya. Kami memperlihatkan kepadanya sebagian dari tanda-tanda kekuasaan Kami. Sesungguhnya Allah adalah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.
Peristiwa Isra Mi’raj ini terjadi pada tanggai 27 bulan Rajab setahun sebelum Rasulullah Saw. berhijrah ke kota Madinah. Berdasarkan keterangan dari beberapa hadis Nabi Muhammad Saw., selama perjalanan Isra Mi’raj ini Nabi Muhammad Saw. didampingi Malaikat Jibril.
Dari Masjidil Aqsha, Allah kemudian mengangkat Rasulullah Saw. ke langit ketujuh. Pada setiap lapis langit itu, Rasulullah Saw. dipertemukan dengan beberapa ruh para Nabi dan Rasul yang sudah wafat.
Pada langit pertama beliau bertemu dengan Nabi Adam a.s. pada langit kedua bertemu dengan Nabi Yahya a.s. dan Nabi Isa a.s., pada langit ketiga bertemu dengan Nabi Yusuf a.s., pada langit keempat bertemu dengan Nabi Idrisa.s., pada langit kelima bertemu dengan Nabi Harun a.s., pada langit keenam bertemu dengan Nabi Musa a.s., dan pada langit ketujuh bertemu dengan Nabi Ibrahim a.s.. Pada langit ketujuh ini Rasulullah Saw. menyaksikan Baitul Makmur yang setiap hari dimasuki 70.000. malaikat.
Sesampainya di Sidratul Muntaha, Rasulullah Saw. menerima perintah Allah. Nabi Muhammad Saw. beserta umatnya diwajibkan untuk melaksanakan shalat sebanyak 50 kali dalam sehari semalam. Namun, dalam perjalanan kembali ke bumi Rasululah Saw. mendapat saran dari Nabi Musa a.s. agar meminta keringanan jumlah shalat kepada Allah.
Nabi Musa a.s. khawatir para pengikut Rasulullah Saw. tidak akan mampu melaksanakan kewajiban shalat sebanyak itu. Rasulullah Saw. lalu menyampaikan saran Nabi Musa a.s. kepada Allah sehingga jumlah shalat menjadi 5 kali dalam sehari semalam.
Namun, tetap mendapat pahala melakukan shalat 50 kali. Rasulullah Saw. tiba kembali lagi ke bumi pada waktu dinihari. Pada siang harinya Nabi Muhammad Saw. menyampaikan peristiwa Isra Mi’raj itu kepada masyarakat Quraisy. Namun, tidak seorang pun mempercayainya.
"Kafilah yang berjalan cepat saja membutuhkan waktu dua bulan pulang pergi dari Makkah ke Baitul Makdis (Masjidil Aqsha). Mana mungkin engkau muhammad pulang pergi dalam waktu semalam?” kata orang-orang Quraisy tidak percaya.
Mereka kemudian mendatangi Abu Bakar untuk meminta pendapatnya.
“Ya Atiq (panggilan Abu Bakar), coba temuilah temanmu Muhammad yang kini berada di samping Ka’bah. Muhammad bercerita kepada kami bahwa Tuhannya telah memberangkatkan Muhammad dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsha dalam waktu semalam. Bukan-kah kamu sendiri mengetahui bahwa perjalanan ke sana memakan waktu sebulan penuh?” tanya mereka kepada Abu Bakar.
‘Apa keberatannya? Bahkan, aku akan mempercayainya walaupun berita yang kalian bawa lebih aneh dari itu," jawab Abu Bakar dengan muka yang berseri-seri, la lalu bergegas menemui Rasulullah Saw.
“Ya Rasulullah, Anda benar...Anda benar. Demi Allah, sesungguhnya apa yang Rasulullah katakan itu benar adanya. Aku bersaksi bahwa engkau benar-benar utusan Allah,” kata Abu Bakar sambil memeluk Rasulullah Saw. Sejak saat itulah Rasulullah Saw. menggelari Abu Bakar dengan Ash-Shidiq, artinya orang yang senantiasa membenarkan.
Sumber Referensi :
Abdul Hamid, Muhyidin, 1995. Wanita-wanita Shalihah dalam Lintas Sejarah Islam, Jakarta: Pustaka Al-Kautsar.
Abdullah, Afis, 1983. Nabi-Nabi Dalam Al-Quran, Semarang: Toha Putra
Ali Fikri, tt. Ahsan Al-Qashash, Beirut: Dar Al-Kutub Al- llmiyah.
Al-Husain, Al-Hamid, 1994. Riwayat Kehidupan Nabi Besar Nabi Muhammad Saw, cetakan IV, Jakarta: Yayasan Al-Hamidi.
Bahreisy, Salim, 1980. Sejarah Hidup Nabi-Nabi, Surabaya: Bina llmu.
Hasyim, Al Habsy, 1994. Membela Para Nabi, Bangil: Yayasan Al-Baqir.
Luxfiati, Siti Zainab, 1997. Cerita Teladan 25A/Djakarta: Dian Rakyat.
Marhiyanto, Kholilah, 1995. Kisah Teladan 25 Nabi dan Rasul, Surabaya: Arkola.
Pamungkas, Ismail, 1991. Riwayat 25 Nabi, cetakan IX. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Redaksi TV 3 Malaysia, 1996. Jejak Rasul l-Vlll (Kaset Video), Jakarta: TV Media.
Yudho P, 1997. Kisah 25 Nabi dan Rasul Untuk Anak-Anak, Bandung: Mizan.
Allah berfirman:
Dari Madyan dilanjutkan ke bukit Sinai (tempat Nabi Musa a.s. menerima firman Allah), lalu ke Bethlehem (tempat Nabi Isa a.s. lahir), dan terakhir ke Masjdil Aqsha yang dibangun oleh Nabi Sulaiman a.s..
Peristiwa Isra Mi’raj ini dijelaskan dalam Al-Quran surat Al- Isra ayat 1.
Mahasuci Allah yang telah memberangkatkan hamba-Nya pada suatu malam dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsha yang telah Kami berkati sekelilingnya. Kami memperlihatkan kepadanya sebagian dari tanda-tanda kekuasaan Kami. Sesungguhnya Allah adalah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.
Peristiwa Isra Mi’raj ini terjadi pada tanggai 27 bulan Rajab setahun sebelum Rasulullah Saw. berhijrah ke kota Madinah. Berdasarkan keterangan dari beberapa hadis Nabi Muhammad Saw., selama perjalanan Isra Mi’raj ini Nabi Muhammad Saw. didampingi Malaikat Jibril.
Dari Masjidil Aqsha, Allah kemudian mengangkat Rasulullah Saw. ke langit ketujuh. Pada setiap lapis langit itu, Rasulullah Saw. dipertemukan dengan beberapa ruh para Nabi dan Rasul yang sudah wafat.
Pada langit pertama beliau bertemu dengan Nabi Adam a.s. pada langit kedua bertemu dengan Nabi Yahya a.s. dan Nabi Isa a.s., pada langit ketiga bertemu dengan Nabi Yusuf a.s., pada langit keempat bertemu dengan Nabi Idrisa.s., pada langit kelima bertemu dengan Nabi Harun a.s., pada langit keenam bertemu dengan Nabi Musa a.s., dan pada langit ketujuh bertemu dengan Nabi Ibrahim a.s.. Pada langit ketujuh ini Rasulullah Saw. menyaksikan Baitul Makmur yang setiap hari dimasuki 70.000. malaikat.
Sesampainya di Sidratul Muntaha, Rasulullah Saw. menerima perintah Allah. Nabi Muhammad Saw. beserta umatnya diwajibkan untuk melaksanakan shalat sebanyak 50 kali dalam sehari semalam. Namun, dalam perjalanan kembali ke bumi Rasululah Saw. mendapat saran dari Nabi Musa a.s. agar meminta keringanan jumlah shalat kepada Allah.
Nabi Musa a.s. khawatir para pengikut Rasulullah Saw. tidak akan mampu melaksanakan kewajiban shalat sebanyak itu. Rasulullah Saw. lalu menyampaikan saran Nabi Musa a.s. kepada Allah sehingga jumlah shalat menjadi 5 kali dalam sehari semalam.
Namun, tetap mendapat pahala melakukan shalat 50 kali. Rasulullah Saw. tiba kembali lagi ke bumi pada waktu dinihari. Pada siang harinya Nabi Muhammad Saw. menyampaikan peristiwa Isra Mi’raj itu kepada masyarakat Quraisy. Namun, tidak seorang pun mempercayainya.
"Kafilah yang berjalan cepat saja membutuhkan waktu dua bulan pulang pergi dari Makkah ke Baitul Makdis (Masjidil Aqsha). Mana mungkin engkau muhammad pulang pergi dalam waktu semalam?” kata orang-orang Quraisy tidak percaya.
Mereka kemudian mendatangi Abu Bakar untuk meminta pendapatnya.
“Ya Atiq (panggilan Abu Bakar), coba temuilah temanmu Muhammad yang kini berada di samping Ka’bah. Muhammad bercerita kepada kami bahwa Tuhannya telah memberangkatkan Muhammad dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsha dalam waktu semalam. Bukan-kah kamu sendiri mengetahui bahwa perjalanan ke sana memakan waktu sebulan penuh?” tanya mereka kepada Abu Bakar.
‘Apa keberatannya? Bahkan, aku akan mempercayainya walaupun berita yang kalian bawa lebih aneh dari itu," jawab Abu Bakar dengan muka yang berseri-seri, la lalu bergegas menemui Rasulullah Saw.
“Ya Rasulullah, Anda benar...Anda benar. Demi Allah, sesungguhnya apa yang Rasulullah katakan itu benar adanya. Aku bersaksi bahwa engkau benar-benar utusan Allah,” kata Abu Bakar sambil memeluk Rasulullah Saw. Sejak saat itulah Rasulullah Saw. menggelari Abu Bakar dengan Ash-Shidiq, artinya orang yang senantiasa membenarkan.
Sumber Referensi :
Abdul Hamid, Muhyidin, 1995. Wanita-wanita Shalihah dalam Lintas Sejarah Islam, Jakarta: Pustaka Al-Kautsar.
Abdullah, Afis, 1983. Nabi-Nabi Dalam Al-Quran, Semarang: Toha Putra
Ali Fikri, tt. Ahsan Al-Qashash, Beirut: Dar Al-Kutub Al- llmiyah.
Al-Husain, Al-Hamid, 1994. Riwayat Kehidupan Nabi Besar Nabi Muhammad Saw, cetakan IV, Jakarta: Yayasan Al-Hamidi.
Bahreisy, Salim, 1980. Sejarah Hidup Nabi-Nabi, Surabaya: Bina llmu.
Hasyim, Al Habsy, 1994. Membela Para Nabi, Bangil: Yayasan Al-Baqir.
Luxfiati, Siti Zainab, 1997. Cerita Teladan 25A/Djakarta: Dian Rakyat.
Marhiyanto, Kholilah, 1995. Kisah Teladan 25 Nabi dan Rasul, Surabaya: Arkola.
Pamungkas, Ismail, 1991. Riwayat 25 Nabi, cetakan IX. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Redaksi TV 3 Malaysia, 1996. Jejak Rasul l-Vlll (Kaset Video), Jakarta: TV Media.
Yudho P, 1997. Kisah 25 Nabi dan Rasul Untuk Anak-Anak, Bandung: Mizan.
Allah berfirman:
Sesungguhnya pada kisah-kisah mereka (para Nabi dan Rasul) terdapat pelajaran bagi orang-orang yang mempunyai akal. (Q.S. Yusuf [12]: 111)
Para Nabi dan Rasul adalah orang-orang pilihan Allah. Mereka diutus untuk membimbing umat manusia meraih kebahagiaan hidup di dunia dan di akhirat kelak.
Sistem Pengetahuan Sosial mengisahkan 25 Nabi dan Rasul Allah yang wajib diimani kaum Muslim, mulai dari Nabi Adam a.s. sampai Nabi Muhammad Saw. Perjuangan dan kesabaran mereka dalam mengemban amanat Allah merupakan suri teladan yang wajib kita ikuti.
Artikel ini dilengkapi dengan foto dan ilustrasi. Foto tempat bersejarah dan barang-barang peninggalan para Nabi dan Rasul, seperti tempat karamnya kapal Nabi Nuh, puing-puing Masjid Nabi Sulaiman, pedang Rasulullah Saw., dan peninggalan bersejarah lainnya dapat kita saksikan dalam Sistem Pengetahuan Sosial.
Sekianlah artikel tentang kisah Nabi Muhammad Saw., Nabi dan Rasul terakhir utusan Allah yang membimbing kepada kebahagian dunia dan akhirat untuk semua ummat manusia. Semoga tulisan ini dapat berguna dan bermanfaat untuk kita semua ..amin... Tetap ikuti kami dan artikel tentang kisah-kisah Nabi selanjutnya di http://www.sistempengetahuansosial.com/. Akhir kata Wassalamu Alaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Sekianlah artikel tentang kisah Nabi Muhammad Saw., Nabi dan Rasul terakhir utusan Allah yang membimbing kepada kebahagian dunia dan akhirat untuk semua ummat manusia. Semoga tulisan ini dapat berguna dan bermanfaat untuk kita semua ..amin... Tetap ikuti kami dan artikel tentang kisah-kisah Nabi selanjutnya di http://www.sistempengetahuansosial.com/. Akhir kata Wassalamu Alaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Advertisemen
Tidak ada komentar:
Posting Komentar